”Maaf, hari ini juga tolong bawa jauh-jauh dagangan kalian, kalu ndak saya suruh Satpam ini angkut dan kami sita.” Jawab Pria berdasi itu memanas.
***
”Benar-benar "panas" rupanya hari ini.” Ucapku dalam hati.
Sayang aku hanya bisa melihat tanpa bisa melakukan sesuatu apapun.
Dari pucuk teratas ini semakin jelas aku dapat melihat, sekitar 20an personil Satpam berpatroli menyebar ke titik-titik pedagang berjualan, sekitar enam personil sedang melahap nasi bungkus di Halte itu, mungkin mereka kelelahan berteriak.
Selang waktu kemudian, rombongan kuli lengkap dengan martilnya didatangkan dan mulai merobohkan kios-kios kecil dekat Halte itu.
***
Kejadian ini masih berlanjut di hari esoknya. Seperti biasa, pagi ini aku sudah siap beraktifitas, tanpa Kang Sa’i dan pedagang lain tentunya.
Namun seperti biasanya, tempat ini tetap menjadi pilihan melepas penat bagi mereka. Sekumpulan mahasiswa duduk dan larut dalam celoteh seorang diantaranya. Akupun tertarik untuk terlibat. Sayup –sayup kudengar,,
“Emang gila, kenapa coba? Mereka fikir mahasiswa merasa nyaman nongkrong di sini tanpa jajan.” Ucap seorang mahasiswi manis membuka wacana.
“Kemarin aku di kampus, kaget juga lihat ada penggusuran, tapi alasannya biar gak kotor gitu, kan keliatan jorok kalo kampus kita rame pedagang liar, apa lagi pengemis anak-anak yang suka maksa kalo minta, ih.” Saut rekannya.