Swaraj adalah konsep Gandhi tentang pemerintahan diri yang mencakup kebebasan politik, ekonomi, dan spiritual. Menurutnya, kemandirian individu dan masyarakat adalah kunci untuk mencapai kebebasan sejati. Gandhi mendorong rakyat India untuk mandiri dengan memboikot produk Inggris dan memproduksi kebutuhan sendiri. Melalui kampanye Swadeshi, Gandhi mendorong penggunaan produk lokal seperti pakaian khadi (buatan tangan) untuk membebaskan India dari ketergantungan pada produk Inggris.
      Gandhi hidup dalam kesederhanaan sebagai bentuk pengendalian diri. Ia percaya bahwa kehidupan yang sederhana akan membantu seseorang fokus pada nilai-nilai moral dan spiritual, serta menjauhkan dari keserakahan dan materialisme. Gandhi mengenakan pakaian sederhana seperti dhoti dan hidup tanpa kemewahan, meskipun ia memiliki pengaruh besar di masyarakat. Gandhi menunjukkan keteguhan luar biasa dalam menghadapi berbagai tantangan. Meskipun sering ditangkap dan dipenjara oleh pihak kolonial, ia tidak pernah menyerah dan tetap berjuang dengan damai.
      Dalam perjuangan Quit India Movement (1942), meskipun banyak hambatan, Gandhi tetap teguh menyerukan Inggris untuk meninggalkan India. Gandhi percaya bahwa hidup yang bermakna adalah hidup yang didedikasikan untuk melayani orang lain. Ia mendorong pengorbanan pribadi demi kesejahteraan bersama. Gandhi selalu berada di tengah-tengah rakyatnya, mendengarkan keluhan mereka, dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Gandhi selalu memperjuangkan persatuan di tengah perbedaan agama, suku, dan budaya. Baginya, toleransi adalah dasar untuk membangun masyarakat yang harmonis. Gandhi berupaya mendamaikan ketegangan antara umat Hindu dan Muslim di India melalui pendekatan dialog dan toleransi.
      Mahatma Gandhi adalah sosok yang dikenal dengan kejujuran, kesederhanaan, moralitas, dan perjuangan tanpa kekerasan. Prinsip etik dan antikorupsi dalam pemikiran Gandhi berakar dari nilai-nilai universal seperti kebenaran (Satya) dan tanpa kekerasan (Ahimsa), yang menjadi inti dari filosofi hidupnya. Gandhi percaya bahwa korupsi dan pelanggaran etik muncul akibat ketamakan, egoisme, dan hilangnya moralitas dalam kepemimpinan.
      Gandhi menjunjung tinggi Satya atau kebenaran sebagai prinsip utama kehidupan. Bagi Gandhi, kejujuran adalah pondasi dari perilaku etis yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama para pemimpin. Korupsi adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai kebenaran. Gandhi percaya bahwa setiap tindakan korupsi adalah bentuk kebohongan yang melukai kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam kepemimpinan. Prinsip Ahimsa tidak hanya berarti menghindari kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan moral seperti korupsi. Menurut Gandhi, korupsi adalah bentuk kekerasan struktural yang merugikan masyarakat luas, terutama kelompok lemah dan miskin. Integritas moral, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat harus menjadi pegangan dalam kehidupan pribadi dan profesional.
      Gandhi hidup dengan penuh kesederhanaan dan menolak segala bentuk kemewahan. Menurutnya, keserakahan adalah akar dari korupsi dan pelanggaran etik. Dengan hidup sederhana, seseorang dapat menjaga dirinya dari godaan untuk mencari keuntungan pribadi dengan cara yang tidak etis. Gandhi menekankan bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan dalam hal kesederhanaan dan tidak terjebak dalam gaya hidup mewah yang bisa mendorong perilaku korupsi. Konsep Swaraj menurut Gandhi tidak hanya berarti kebebasan politik, tetapi juga pemerintahan diri yang berlandaskan akuntabilitas dan tanggung jawab moral. Gandhi mengkritik kepemimpinan yang tidak transparan dan mengeksploitasi kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Dalam konteks ini, Gandhi mendorong kepemimpinan yang jujur, melayani rakyat, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
      Gandhi percaya bahwa upaya pemberantasan korupsi harus dimulai dengan pendidikan moral dan reformasi diri. Setiap individu harus memiliki kesadaran untuk menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan memiliki integritas tinggi. Menurut Gandhi, agen perubahan dalam pencegahan korupsi dimulai dari diri sendiri. Keteladanan pribadi akan menginspirasi orang lain untuk mengikuti prinsip etis yang sama. Bagi Gandhi, kepemimpinan sejati adalah melayani masyarakat, bukan mencari keuntungan pribadi. Korupsi terjadi ketika pemimpin gagal melihat kepentingan rakyat sebagai prioritas utama.
Referensi:
Brown, J. M. (2008). Gandhi: Prisoner of Hope. Yale University Press.
Bryant, A., & Kazan, A. L. (2012). Self-Leadership: How to Become a More Successful, Efficient, and Effective Leader from the Inside Out. McGraw-Hill Education.
Covey, S. R. (2004). The 7 Habits of Highly Effective People. Free Press.