Dalam pandangannya, mengabdi kepada hamba Tuhan bukanlah sekadar tindakan penyembahan atau pengabdian kepada sosok yang lebih tinggi, tetapi lebih kepada memberikan layanan, membantu, dan melayani sesama manusia sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.Â
Ajaran ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas yang kuat, di mana Sosrokartono meyakini bahwa melayani sesama adalah bentuk paling nyata dari pengabdian kepada Sang Pencipta.Â
Melalui ajaran ini, ia mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap keadaan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung, dan menjadikan pengabdian sosial sebagai bagian dari perjalanan spiritual mereka.
Ajaran kedua yang sangat penting bagi Sosrokartono adalah filosofi "Alif". Huruf "Alif", yang merupakan huruf pertama dalam alfabet Arab, memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan dan pemikiran Sosrokartono. Ia melihat huruf "Alif" sebagai simbol dari tauhid, yaitu konsep ketuhanan yang Esa. Bentuknya yang sederhana dan tegak diartikan sebagai representasi dari sikap lurus dan jujur dalam bertindak.Â
Sosrokartono menjadikan "Alif" sebagai simbol sentral dalam hidupnya, mengaitkannya dengan aktivitas sosial dan berbagai kerja kemasyarakatan yang dilakukannya. Bagi Sosrokartono, nilai-nilai yang terkandung dalam huruf "Alif" harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam cara berinteraksi dengan orang lain dan dalam setiap tindakan yang diambil.Â
Selain itu, "Alif" juga menjadi medium dalam praktik pengobatan yang dilakukannya, di mana ia percaya bahwa kesehatan fisik dan spiritual dapat dicapai dengan berpegang pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam simbol tersebut.
Ajaran ketiga, yaitu Catur Murti, menggambarkan pentingnya keselarasan dalam kehidupan manusia. Sosrokartono mengajarkan bahwa dalam hidup ini harus ada keseimbangan dari empat aspek penting, yaitu pikiran, perasaan, perbuatan, dan perkataan.Â
Keempat aspek ini harus berjalan selaras dan saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kesempurnaan diri. Menurutnya, ketika pikiran, perasaan, perbuatan, dan perkataan seseorang berada dalam harmoni, maka individu tersebut akan mampu mencapai potensi tertingginya sebagai manusia.Â
Konsep ini menekankan pentingnya integritas, di mana seseorang tidak hanya berbicara tetapi juga bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Dengan mengintegrasikan keempat aspek ini, individu akan mampu menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan produktif, serta menjadi bagian dari perubahan positif di masyarakat.
Sosrokartono, yang dikenal sebagai "Si Jenius dari Timur", meninggal dunia pada usia 75 tahun, berpulang menghadap Yang Maha Kuasa pada tanggal 8 Februari 1952. Jenazahnya dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah.
Warisan ajarannya yang kaya dan mendalam terus hidup dalam ingatan masyarakat, menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.Â