Mohon tunggu...
Sabila Ramadhanii
Sabila Ramadhanii Mohon Tunggu... Lainnya - T20191078

Ambil yang baik, buang yang buruk✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Granada dan Pengaplikasiannya

22 Oktober 2021   12:54 Diperbarui: 22 Oktober 2021   12:56 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Metode granada merupakan suatu metode yang digunakan untuk menerjemah Al-Qur’an maupun menerjemah bahasa arab dengan berbagai langkah yang telah disusun sedemikian rupa oleh pengarang. 

Pengarang metode ini ialah Solihin Bunyamin Ahmad, Lc yang lahir di Indramayu, Jawa Barat tanggal 15 Desember 1969. Dengan pengalaman belajar beliau yang cukup lama disertai kegigihan dan semangat yang patut kita contoh beliau hanya ingin menghadirkan peserta didik menguasai metode ini dibanding dengan metode lainnya yang menghabiskan waktu cukup lama. 

Latar belakang penemuan ini karena banyaknya keluhan dari peserta didik. Beliau saat mengajar terutama tentang ilmu bahasa arab, berdasarkan hal tersebut beliau menginginkan membuat suatu metode pembelajaran yang memberi kemudahan bagi peserta didik dalam belajar bahasa lebih cepat daripada yang lain.

Metode Granada salah satu metode yang cukup populer digunakan dalam kegiatan penerjemahan di sebuah lembaga yang mengajarkan program penerjemahan. Bagi seorang pemula, metode ini sangat membantu dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan memberi pelajaran untuk mengetahui pola-pola kalimat dalam bahasa arab serta mengelompokan semua perubahan kata.  

Ketika kita memulai menerjemah, memerlukan waktu yang cukup lama agar proses menerjemah tidak ada kekeliruan, kecerobohan dan kelalaian karena terjemahan haruslah cocok atau sesuai dengan makna aslinya. 

Ketika kita salah dalam menerjemah maka kesalahan ini sangat dianggap serius karena terjemah tidak sesuai dengan apa yang ingin dismapiakan oleh teks aslinya. Seorang penerjemah tidak boleh berfokus pada kamus dalam memberi makna pada teks, karena akan ada suatu momment dimana kamus-kamus tersebut tidak ada makna yang tepat untuk ia telusuri.

Langkah awal sebelum memulai menerjemah Al-Qur’an menggunakan metode granada yaitu menguasai perubahan kata dua bahasa yaitu bahasa asal atau dasar dan bahasa terjemah. Metode granada untuk menerjemah Al-Qur'an ini memiliki 4 langkah pokok yang harus dikuasai yaitu : 

A. Menguasai komponen kalimat dalam bahasa arab. 

komponen yang pertama yaitu kata benda. ciri-cirinya yang pertama yaitu diawali ال contohnya الْشَمْسُ, yang kedua bertanwin contohnya ًرَحْمَة ciri yang ketiga yaitu berawalan ُمَ  م ِ م contohnya مَسْجِدٌ ciri yang keempat yaitu menunjukan nama, baik nama orang, nama hewan, atau nama tumbuhan. Yang kelima yaitu diawali dengan huruf yang mengkasrohkan. Contohnya yaitu عَلَيْهِمْ selain kata  على huruf yang mengkasrohkan yaitu مِنْ إلى عَنْ فِي و ت Dan ciri yang keenam yaitu kata majemuk. Contohnya yaitu رَسُلُ الله 

komponen yang kedua yaitu Kata kerja. Komponen kata kerja terbagi menjadi 3 bagian yaitu kata kerja bentuk lampau atau istilah arabnya yaitu fiil madhi. memiliki ciri-ciri tersendiri dalam menerjemah AlQur’an. Ciri-cirinya yaitu diakhiri oleh huruf-huruf تَا ,تْ  ,نَ ,تُمَا ,تُمْ ,تُ ,تُنْ ,تَ ,نَ ,وا ,ا, akhiran tersebut selain ciri-ciri kata kerja bentuk lampau, ia juga menunjukkan bentuk subjek (pelaku) jadi kata kerja bentuk lampau melekat diakhir. Dalam Al-Qur’an kata kerja bentuk lampau yang sering dijumpai yaitu وا (mereka telah) di  Al-Qur'an Surah Ali-Imron ayat 23, تَ (engkau telah) di Al-Qur'an Surah Al-Baqorah ayat 6,  تُمْ (kalian telah) di Al-Qur’an yaitu  Surah Al-Baqorah ayat   72  تُ (aku telah)  di Al-Qur’an yaitu  Surah Al-Zariyat ayat   56 dan نَا (kami/kami telah) di Al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4. 

Selanjutnya yaitu kata kerja bentuk sedang/akan/kebiasaan atau istilah arabnya fiil mudhorri’ memiliki beberapa ciri-cici yang pertama yaitu diawali dengan huruf-huruf berikut : Awalan  ِأَ / أ = aku. awalan يَ/يُ =dia. (Rumus : apabila terdapat awalan يَ/يُ kemudian diakhir kata terdapat و/وا/ون  maka memiliki arti mereka.) awalan تَ/تُ = engkau laki-laki / dia perempuan. 

(Rumus : apabila terdapat awalan تَ/تُ kemudian diakhir kata terdapat و/وا/ون  maka memiliki arti kalian),  Awalan نَ/نُ= kami. Ciri yang kedua yaitu diawali huruf-huruf yang memfathahkan yaitu  حَتٌى  (sehingga) اَنْ  (bahwa) لَنْ (tidak akan) لِ (untuk, agar) اِذَنْ (jadi, kalau begitu) كَيْ (agar supaya). Ciri yang ketiga yaitu diawali dengan huruf yang mematikan yaitu لَمْ (tidak/belum) إِنْ (jika) لَمَا (belum/tidak) مَنْ (siapa) لا (janganlah).

Kemudian kata kerja bentuk perintah atau istilah arabnya yaitu fiil amr. Dimana huruf awal atau huruf mudhoroah dibuang dan huruf akhirnya di matikan atau disukun. Kemudian apabila dua proses tersebut kata masih belum bisa terbaca maka di datangkan atau dimasukannya hamzah washol (huruf penolong). Apabila ain fiil pada fiil mudhorrinya berharokat dhummah maka hamzah washol atau huruf penolongnya juga berharokat dhummah. Dan apabila ain fiil pada fiil mudhorrinya berharokat kasroh atau fathah, maka hamzah washol atau huruf penolongnya berharokat kasroh. 

Selain itu, apabila fi’il mudharrik yang dhomir nya menunjukkan makna banyak seperti هُمْ  dan اَنْتُمْ maka diakhir kalimat tersebut ditambahkan و dan ن  . Kemudian apabila dhomir nya menunjukkan dua orang seperti هُمَ dan اَنْتُمَ maka diakhir kalimat tersebut ditambahkan  ا  dan ن , apabila dhomir menunjukkan arti perempuan tunggal maka diakhir kalimat ditambahkan ن dan ي.

Komponen yang tiga yaitu Huruf. Huruf jika menurut bahasa indonesia yaitu kata depan, dan menurut bahasa arab jika di sederhanakan yaitu kata yang tidak dapat dimengerti maknanya dengan sendirinya, kecuali dirangkai dengan kata yang lain atau yang bukan kata kerja dan bukan kata benda. 

Huruf bermakna dan pembentuk kata merupakan bagian dari huruf. Huruf bermakna adalah segala huruf yang tidak mengalami perubahan bentuk tetapi sifatnya statistis dan maknanya menyesuaikan sesuai dengan kontesksnya. Huruf pembentuk kata adalah huruf yang jika disatukan maka dapat menghasilkan kata, huruf pembentuk kata ini terbagi menjadi dua bagian lagi yaitu huruf hijaiyah yang dimulai dari ا - ي dan huruf abjadiyah yang dimulai dari غ-  أ tetapi huruf abjadiyah ini tidak ada kaitannya dengan menerjemah. Apabila dilihat dari segi jumlah hurufnya, maka huruf bermakna terbagi menjadi 5 bagian yaitu لَ (satu huruf), لا (dua huruf), َّاِن (3huruf), لكِنْ (4huruf), َّلكِن (5huruf)

B. Menguasai Kata-kata yang Tidak Berubah dan Tidak Berakar Kata. 

Yang pertama huruf bermakna yang telah dipaparkan sebelumnya, Yang kedua yaitu kata ganti atau dalam istilah arabnya yaitu isim dhamir merupakan nama yang tersimpan didalam hati sebab nama si pelaku tidak disebutkan atau tersembunyi dibalik kata ganti itu. isim dhamir tersebut seperti هُوَ, هُمَا, هُمْ, هِيَ, هُمَا, هُنَّ, اَنْتَ, اَنْتُمَا, اَنْتٌمْ, اَنْتِ, اَنْتُمَا,,  Yang ketiga yaitu kata penghubung bermakna “yang” atau istilah arabnya berarti isim maushul. Isim maushul jika di artikan dalam bahasa yang sederhana yaitu kata sambung. 

Fungsi dari isim maushul ini yaitu untuk menghubungkan beberapa kalimat menjadi satu kalimat atau isim ini tidak akan sempurna jika tidak berhubungan dengan kata yang lain. Dan yang keempat yaitu kata tunjuk. Kata tunjuk istilah arabnya yaitu isim isyarah.  Kata tunjuk berfungsi untuk menunjukan seseorang, hewan, atau apapun itu yang kita ketahui.

C. Menguasai Rumus-rumus Granada beserta Aplikasinya

Menguasai rumus-rumus granada ini memiliki peranan penting dalam mempelajari metode granada. Jika di persentasekan sekitar 70% dalam hal menerjemah Al-Qur’an. Jadi apabila kita menguasai rumus-rumus granada beserta aplikasinya maka 70% kemampuan telah kita raih atau kita dapatkan. Rumus granada ini berisikan tabel yang meliputi awalan, akhiran sisi, berfungsi memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mencari akar kata dari setiap kata di dalam Al-Qur’an. 

Ketika kita akan mempelajari metode granada, maka kita harus memiliki rumus granada. Langkah pertama dalam mencari rumus granada yaitu mencari akar kata. Dengan menggunakan rumus pengurangan dan hasil dari pengurangan tersebut berjumlah 3 atau 4, karena hampir 100% bahasa dalam Al-Qur’an kembali kepada 3 huruf asal. contohnya وَلْيَتَلَطَّفْ Dan cara mencari akar kata itu dengan menghitung jumlah huruf dalam kata, kemudian huruf tersebut dikurang agar menjadi 3. Jadi وَلْيَتَلَطَّفْ = 8 huruf, agar hasilnya mencapai 3 maka di kurang 5 huruf. Cara mengurangi hurufnya perhatikan dengan tabel rumus granada diatas. Berhubung  و dan  ل merupakan awalan, ي  adalah sisipan dan ت  adalah akhiran, maka dari kata وَلْيَتَلَطَّفْ hanya tersisa 3 kata yaitu لطف maka ketika mencari di kamus sesuaikan dengan kata لطف tadi. nah cara mengetahui huruf tersebut merpakan awalan, sisipan, atau akhiran itu dengan  melihat di tabel rumus granada. 

Langkah kedua yaitu mengetahui pola aktif dan pasif. Cara mengetahui pola aktif dan pasif itu dengan 6 cara yaitu : 

a. U-i (huruf awal berdhummah dan huruf sebelum akhir di kasrah) Seperti kata َخُلِق = U-i = "telah di/di”

b. U-a (huruf awal berdhummah dan sebelum akhir di fathah) Sepert kata يُخْرَجُ = Ua = “sedang di, akan di, di”

c. Mu-i (huruf awalan َ dan huruf sebelum akhir di kasroh) Seperti kata مُؤْمِنٌ = Mu-a = “yang me/yang ber/yang/me/be

d. Pola فَعِلْ (huruf awal berfathah dan sebelum akhir di kasroh). Seperti kata نَافِعْ = Pola فَعِلْ = “yang/me/ber/yang me/yang ber.

e. Mu-a (huruf awalan َ dan huruf sebelum akhir di fathah). Seperti kata مُرْسَا

f. Maful مَفْعُولْ (huruf awal fathah / م , sebelum akhir وْ Seperti kata مَحْرُسْ 

Langkah ketiga yaitu huruf penyakit. Disebut huruf penyakit karena sifatnya seperti penyakit. Jika dilihat dalam bahasa arab terdapat huruf sehat semua huruf), huruf sakit yaitu (ا وي) dan huruf dokter yaitu huruf penolong seperti أ. Jika pada akar kata salah satunya ada huruf penyakit maka itu tersebut adalah huruf penyakit, contohnya yaitu lafadz قَلَ huruf penyakitnya yaitu ا.

D. Latihan yang Istiqomah.

Setelah mempelajari 3 langkah yang telah dijelaskan, maka hal ini tidak akan membawa manfaat apabila dalam langkah ke empat ini tidak dilaksanakan. Suatu bahasa tidak akan didapat kecuali dengan istiqomah atau melalui interaksi. Contohnya yaitu ketika kita mempelajari bahasa arab maka langkah yang tepat yaitu melalui interaksi, harus sering berinteraksi dengan menggunakan bahasa tersebut.

Langkah keempat ini harus dilakukan secara istiqomah dengan meluangkan atau memberi waktu untuk akrab terhadap Al-quran misalnya atau bisa juga latihan menerjemah Al-Qur’an meskipun hanya 1 ayat saja yang terpenting tetap istiqomah. Berlatih menerjemah Al-Qur’an secara istiqomah bukan saja akan menambah kosa kata, pengalaman dan wawasan, tetapi juga akan meningkatkan kedekatan kita kepada Allah SWT. Karena Al-Qur’an adalah firman-Nya dan setiap satu huruf bernilai sepuluh kebaikan jika dibaca. 

Kita sebagai umat islam, masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur'an bahkan banyak dari kita yang tidak bisa membaca Al-Quran dan akan menyesal di hari tua. Tidak menutup kemungkinan inilah yang membuat umat islam terpuruk karena tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber cahaya atau sumber hidayah.

Selain itu,  dalam metode granada ini, pastinya terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode granada ini ialah  yang pertama, metode ini memiliki buku panduan belajar bagi peserta didik, dan mengajar bagi guru atau tutor, buku praktik menerjemahkan Al-Qur'an beserta kamus ringkas Al-Qur'an. Kedua, Metode ini punya rumus granada yang membuat ilmu nahwu dan shorof dalam satu halaman saja. Ketiga, metode ini memberikan kemudahan bagi peserta didik yang ingin menerjemahkan Al-Qur'an dengan cara menghitung huruf. 

Keempat, yaitu metode ini cukup diajarkan selama 8 jam dan peserta didik sudah bisa menerjemahkan Al-Qur'an. Kelima, Metode ini sudah terbukti berhasil melahirkan penerjemah penerjemah (ribuan penerjemah) yang keenam metode ini relevan diajarkan bagi peserta didik jenjang Sekolah Menengah Pertama dan jenjang di atasnya.

Adapun kekurangan metode granada ini dapat ditemukan dalam dua aspek yaitu pertama, di dalam metode ini sulit mencocokkan padanan kata yang sama dengan makna hakiki Al-Qur'an, karena al-Qur'an memiliki makna dengan tatanan bahasa yang cukup tinggi sehingga mencari padanan kata yang sama menjadi sulit. Kedua, metode ini terbatas hanya untuk menerjemahkan kata atau lafadz di dalam Al-Qur'an yang sudah berharakat. 

Satu lagi kekurangan metode granada ini ialah kurang memberikan pengetahuan bagi peserta didik tentang kedudukan kalimat di dalam bahasa Arab yaitu bahasa al-Qur'an, seperti kedudukan kalimat menjadi mubtada, khabar, badal, na'at man'ut dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun