Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu Presiden dan Parlemen Turki

14 Mei 2023   14:49 Diperbarui: 15 Mei 2023   14:41 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: diolah dari aljazeera.net (English)

Hari ini, Ahad 14 Mei 2023, Turki menggelar pemilu serentak Presiden dan Parlemen, yang diikuti sebanyak 64 juta pemilih. Ketika artikel ini diolah, para pemilih dari 87 daerah pemilihan, yang tersebar di 81 provinsi secara nasional, mulai berbondong-bondong ke kotak suara. Tingkat partisipasinya diperkirakan bisa mencapai di atas 90 persen.

Meski Pilpres ini dilakukan serentak untuk pemilihan 600 anggota parlemen, namun mata media-media global lebih fokus kepada Pilpres. Dan berdasarkan hasil pengamatan, media-media barat (Eropa dan Amerika) umumnya mendukung kubu oposisi.

Pertarungan Dua Kubu Capres

Sebenarnya, Pilpres Turki ini akan diikuti empat kandidat presiden, namun seorang calon (Muharrem Ince) mengundurkan diri pada Kamis 11 Mei 2023, yakni tiga hari sebelum hari tanggal pencoblosan.

Dan yang unik, pengunduran diri seorang kandidat presiden itu tidak mengganggu administrasi pemilihan. Karena telah diputuskan tidak ada pencetakan atau pembuatan kertas suara baru. Dengan kata lain, nama-foto kandidat yang mengundurkan diri itu tetap tercamtum di kertas suara. Dan perolehan suaranya (yang dilakukan lebih awal untuk pemilih di luar negeri Turki), tetap diperhitungkan.

Meski diikuti tiga kandidat, namun persaingan sesungguhnya hanya antar dua kubu, yaitu kubu presiden incumbent Recep Teyyip Erdogan dari AKP (Adalet ve Kalknma Party atau Justice and Development Party) versus Kemal Kilicdaroglu, kandidat yang diusung koalisi oposisi yang dimotori oleh partai kanan-tengah, Cumhuriyet Halk Party atau Republican People's Party, CHP).

Kandidat ketiga, Sinan Ogan, relatif tidak diperhitungkan, karena dalam berbagai hasil survei, popularitas dan elektabilitas nya hanya berkisar 3 sampai 4 persen saja.

Pertarungan survei

Seperti halnya pada pemilu di negara-negara lain, Pemilu Turki kali ini juga diramaikan pertarungan lembaga survei. Tercatat sekitar 38 lembaga survei yang aktif mempublikasikan hasil siginya.

Dan bisa diduga, ke-38 lembaga survei tersebut terpecah menjadi dua kubu besar juga, yaitu condong ke salah satu kandidat presiden. Sebagian di antaranya terlibat sebagai tim sukses.

Secara agregat, hasil survei ke-38 lembaga survei yang dipublikasikan sejak awal Mei 2023, , termasuk yang terakhir dipublikasikan pada 14 Mei 2023, menunjukkan kekuatan dua kubu kandidat presiden relatif berimbang, dengan selisih sekitar 2 hingga 4 persen.

Dukungan Barat

Jika mencermati liputan dan analisis berbagai media-media Amerika dan Eropa, terlihat jelas bahwa sebagian besar negara-negara Barat mendukung Kemal Kilicdaroglu, kandidat kubu oposisi.

Seperti diketahui, bahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden sejak Januari 2020 pernah menegaskan ingin mendukung kubu oposisi untuk mengakhiri kekuasaan Recep Erdogan melalui Pemilu, bukan melalui kudeta.

Yang menarik bahwa video pernyataan Joe Biden tersebut kembali viral di berbagai media sosial di Turki selama periode kampanye untuk Pemilu 2023.

Bahkan majalah sekelas The Economist pun, pada 14 Mei 2023, memuat artikel yang diujungnya menegaskan, "We warmly endorse Kemal Kilicdarogulu as the next presiden of Turkey (kami dengan senang hati meng-endorse Kemal Kilicdarogulu sebagai Presiden Turki berikut).

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi sikap media-media dan negara-negara Barat terkesan anti Erdogan, antara lain, setelah berkuasa selama lebih dari 20 tahun, pemerintahan Erdogan dinilai cenderung mulai mengarah pada pemerintahan otokrasi (keputusan di tangan seorang figur), Erdogan juga dianggap sangat dekat dengan Presiden Vladimir Putin; sikap netral Turki terkait perang Ukraina. Sejauh ini, Turki sebagai anggota NATO juga masih menolak bergabungnya Swedia menjadi anggota NATO.

Secara regional, Pemerintahan Erdogan juga sering diposisikan bersikap anti Israel dan sering berseberangan sikap dengan beberapa negara Arab utama (Mesir, Saudi Arabia) dalam berbagai kasus regional di Timur Tengah.

Mekanisme pemilihan Presiden

Pemilu Presiden Turki kali ini diatur sejumlah aturan berdasarkan konstitusi dan beberapa aturan tambahan oleh lembaga penyelenggara Pemilu (semacam KPU di Indonesia).

Kandidat presiden harus berusia minimal 40 tahun, berpendidikan minimal bergelar bachelor (setingkat S-1 di Indonesia).

Presiden dicalonkan oleh partai, yang pada Pemilu Parlemen sebelumnya meraih 5 persen suara nasional dan/atau memiliki 20 kursi di Parlemen.

Dimungkinkan muncul semacam calon independen, dengan syarat mampu mengumpulkan dukungan berupa tanda tangan paling kurang 100.000 (seratus ribu) warga yang berhak memilih.

Jika putaran pertama ada kandidat presiden yang meraih lebih dari 50 persen suara, maka akan langsung dinyatakan sebagai pemenang. Jika tak satu pun kandidat yang meraih suara 50 persen pada putaran pertama, maka Pemilu Presiden akan dilanjutkan ke putaran kedua, yaitu pada 28 Mei 2023, dengan kandidat yang meraih suara terbanyak dan kedua pada putaran pertama.

Catatan:

Pertama, dengan selisih perbedaan keterpilihan yang relatif kecil (berdasarkan agregat banyak hasil survei), tentu akan sulit memastikan kubu mana yang akan memenangkan pertarungan Pilpres Turki: Recep Teyyip Erdogan atau Kemal Kilicdaroglu?

Kedua, siapa pun yang nantinya menjadi pemenang, selisih suara kemenangannya tidak akan terlalu besar, dengan perbandingan mungkin 48:52, bahkan 49:51. Karena itu, hasil Pemilu Presiden Turki kali ini sangat berpotensi diprotes dan bahkan digugat ke pengadilan oleh kubu yang kalah.

Ketiga, secara umum, peraturan pemilu Presiden Turki relatif sama dengan peraturan-peraturan yang berlaku pada pemilu-pemilu di negara-negara lain. Perbedaan umumnya hanya soal angka. Seperti syarat usia dan pendidikan minimal kandidat presiden.

Keempat, ada poin yang menurut saya sangat menarik pada Pemilu Turki kali ini. Mungkin karena belajar dari negara-negara lain yang membolehkan exit poll (survei yang dilakukan terhadap pemilih yang baru keluar dari bilik suara, dan hasilnya populer dengan sebutan hitung cepat (quick count), yang biasanya justru memicu persoalan yang tidak perlu, maka Pemerintah Turki membuat aturan terkait pengumuman hasil Pemilu: semua media dilarang mempublikasikan hasil sementara pemungutan suara hingga pukul 21.00 Waktu Turki pada hari pencoblosan; selain itu, lembaga-lembaga survei dilarang melakukan exit poll.

Kelima, jika ada pembaca yang membatin, saya mendukung siapa pada Pilpres Turki kali ini, jawabannya sederhana: saya tidak punya riwayat preferensi untuk mendukung salah satu kandidat presidennya: Recep Teyyip Erdogan atau Kemal Kilicdaroglu.

Keenam, namun kalau boleh memberikan catatan, seorang penguasa dalam pengertian kepala pemerintahan atau kepala negara (perdana menteri atau presiden), yang bisa dan mampu bertahan di pucuk kekuasaan selama lebih dari 20 tahun, hanya ada dua kemungkinannya: penguasa itu memang dicintai oleh rakyat pemilih, atau sang penguasa itu sangat konsisten "bersikap tega" dalam setiap pengambilan keputusan kenegaraan.

Ketujuh, sikap media-media asing atau beberapa pejabat negara-negara Barat, yang secara terbuka bahkan lantang mendukung salah satu kandidat presiden pada Pilpres Turki 2023, bolah jadi juga akan terulang pada Pilpres 2024 di Indonesia.

Syarifuddin Abdullah | 14 Mei 2023/ 24 Syawwal 1444H

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun