Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Taktis Habib Rizieq

4 Desember 2016   15:36 Diperbarui: 4 Desember 2016   19:15 6036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari “H” 212

Dan pada hari pelaksanaan ABI-III, 212, tercatat tiga peristiwa penting yang semakin mengukuhkan posisi Habib Rizieq, sebagai figur kunci dalam memobilisasi massa ABI-III:

Pertama, sekitar pukul 08.00 WIB, beredar berita yang berasal dari panggung utama di Monas bahwa KH Ma’ruf Amin batal menjadi khatib Jumat. Dan tidak ada penjelasan resmi dari KH Ma’ruf Amin. Publik kemudian mengetahui bahwa Panitia mendaulat Habib Rizieq sebagai khatib pengganti. Makanya ada sinyalemen (belum terkonfirmasi) yang menyebutkan bahwa pihak panitialah yang membatalkan kehadiran KH Ma’ruf Amin. Tujuannya membuka ruang selebar-lebarnya untuk Habib Rizieq untuk tampil – yang menurut saya – terbukti memukau di mimbar (lihat deh rekaman khutbahnya di Youtube). Bukankah ini sebuah manuver yang sangat cantik?

Kedua, di luar dugaan semua pihak, termasuk para pembantu dekatnya, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, bersama beberapa menteri, akhirnya memutuskan berjalan kaki dari Istana, di tengah guyuran hujan, untuk ikut shalat Jumat di tengah massa, di panggung utama, bersama para penggerak GNPF-MUI.

Harus diakui, kehadiran Jokowi di tengah massa adalah sebuah langkah berani (mungkin untuk membayar ketidakmunculannya di Istana poda ABI-II, 411). Tapi keberanian itu, menurut  para penggerak dan pendukung ABI-III, juga membuktikan satu hal: menari mengikuti ritme yang dimainkan Habib Rizieq.

Karena itu, sebagai seorang politisi, dari bahasa tubuhnya, ketika mendampingi Jokowi saat berpidato singkat, terkesan kuat bahwa Wiranto, Menko Polhukam, tampak kurang nyaman dengan kehadiran Presiden di tengah massa. Lewat insting politiknya, Wiranto memahami benar bahwa kehadiran Presiden Jokowi telah menegasikan semua imbauan dan kebijakan untuk mendeligitimasi ABI-III. Singkatnya, kehadiran Presiden adalah “pemberian legitimasi penuh” untuk ABI-III. Dan sekali lagi, itu menguntungkan Habib Rizieq.

What next?

Pertanyaan kunci yang telah-masih-dan-sedang menjadi obsesi semua pihak, apa manuver lanjutan Habib Rizieq?

Jika menggunakan geseran analisis paling logis dan normal, setidaknya ada beberapa kemungkinan manuver lanjutan Habib Rizieq, sebagai berikut:

Pertama, Habib Rizieq akan terus mendorong tuntutan “penahanan Ahok”. Sebab jika Ahok tidak ditahan, pamor Habib Rizieq akan kembali meredup. Artinya juga, masih dimungkinkan adanya penggelaran ABI-VI dan seterusnya. Dan puncak aksi tersebut adalah ketika sidang pengadilan yang mengagendakan pembacaan putusan hakim terhadap Ahok.

Kedua, Habib Rizieq akan terus memelihara momentum kedekatannya dengan semua ormas dan tokoh pendukung ABI. Dan ini mudah dilakukan. Sebab justru para tokoh itulah yang berkepentingan mendekatkan diri kepada Habib Rizieq.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun