Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Taktis Habib Rizieq

4 Desember 2016   15:36 Diperbarui: 4 Desember 2016   19:15 6036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu pada 22 Nopember 2016, tiba-tiba muncul “Maklumat Polda Metro Jaya” yang terkesan mengultimatum pelarangan aksi, lengkap dengan penjelasan tentang adanya rencana makar, yang diancam hukuman mati.

Mungkin karena ingin meredakan ketegangan, pada hari yang sama (22 Nopember 2016), MUI mengeluarkan “Tausiyah Kebangsaan”, yang pada point keenam menegaskan, “MUI menghimbau kepada pihak Kepolisian dan aparat keamanan lainnya, hendaknya dalam menghadapi para peserta unjuk rasa tetap mengedepankan pendekatan persuasif, dialogis, profesional, dan proporsional serta menghindari penggunaan kekerasan”.

Namun reaksi keras justru datang dari Habib Rizieq. Menyikapi sikap Polri (melalui Maklumat Polda Metro Jaya) yang cenderung akan melarang ABI-III, pada 23 Nopember 2016, Habib Rizieq merespon keras, “Siapapun orangnya di Negara Republik Indonesia tidak boleh melarang suatu unjuk rasa yang dijamin oleh Undang-Undang, Presiden sekalipun... Jadi kalau Presiden atau Kapolri atau siapapun mencoba untuk menghalangi unjuk rasa damai tersebut, maka beliau-beliau bisa dipidana 1 tahun penjara”. Pernyataan manuver Habib Rizieq ini ternyata ampuh mengendurkan resistensi.

Padahal, Maklumat Polda Metro sebenarnya lebih merespon rencana demo yang mau menggelar aksi di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin. Adapun tudingan kemungkinan terjadinya rusuh, Habib Rizieq lagi-lagi bermanuver dengan mengatakan, “Aksi kami adalah Super Damai. Sebab semua peserta aksi akan duduk berzikir, jadi tidak mungkin rusuh. Kalau terjadi rusuh, itu pasti bukan kelompok massa ABI-III”. Tudingan kemungkinan rusuh pun meredup, dan lagi-lagi Habib Rizieq menunjukkan kelasnya dalam merespon setiap tudingan dan kecurigaan.

Tapi melalui proses negosiasi yang konon berlangsung tegang, sikap Polri yang teguh melarang aksi di jalan Sudirman Thamrin, menawarkan lokasi aksi di Monas, akhirnya “disepakati dengan catatan”. Penggerak GNPF-MUI, dalam sebuah pertemuan di Bogor, pada 26 November 2016 membocorkan kearifan yang kira-kira berbunyi begini: oke, kita terima aksi di Monas saja. Sebab kalau massanya besar, pasti massa yang mengikuti shalat Jumatan akhirnya akan meluber juga ke jalan Thamrin-Sudirman. Dan itulah yang terjadi. Kalah langkah lagi, kan?

Saya tidak tahu kapan persisnya diterbitkan. Tapi pelarangan PO-PO bus di berbagai daerah di pulau Jawa untuk mengangkut massa ABI-III, selain kurang efektif karena massa dapat menggunakan transportasi alternatif, juga akhirnya ibarat menelan ludah sendiri. Kapolri mencabut pelarangan tersebut, seusai pertemuan Kapolri dan sejumlah tokoh GNPF-MUI, yang difasilitasi oleh MUI pada 28 Nopember 2016. Kalah manuver lagi, kan?

Dan yang menarik, pada pertemuan 28 Nopember 2016 tersebut, GNPF-MUI menetapkan KH Ma’ruf Amin, sebagai Khatib dan Imam shalat Jumat di Monas pada ABI-III. Ini manuver fetakompli. Sebab selain Ketua Umum MUI, KH Ma’ruf Amin adalah pengurus PBNU. Dan penetapannya sebagai khatib Jumat, secara praktis semakin menegaskan bahwa ABI-III 212 tidak mungkin lagi dibatalkan. Wong Khatibnya sudah ditetapkan, Ketua Umum MUI lagi. Manuver keren kan?

Dan selama tiga hari, 28 s.d 30 Nopember 2016, para penggerak GNPF-MUI aktif berceramah di berbagai tempat, menggerakkan massa melalu acara Tablig Akbar, dan isi pidatonya langsung disebarluaskankan melalui media sosial, lengkap dengan meme-memenya.

Dan penyebaran pesan melalui medsos ini, sungguh efektif. Divisi komunikasi di GNPF-MUI berjalan efektif dan menurut saya sangat profesional. Belum lagi, meme-meme yang dibuat oleh para pendukungnya secara individu.

Terkait dengan penyebaran meme di Medsos, meskipun secara teknis dimungkinkan untuk dilacak, tapi karena pelakunya sangat banyak, maka sangat sulit bagi Polri untuk memantaunya. Kekurangan tenaga, saya pikir. Dalam perang meme di media sosial, GNPF-MUI sering lebih dulu dibanding penentangnya.

Dan dari sekian banyak meme yang viral, yang paling menarik adalah meme hoaxberupa screenshoot berjudul: “Nusron Wahid: kalau Peserta Aksi 212 Lebih dari Seribu Orang, Ludahi Muka Saya”. Meme ini, yang telah dibantah oleh Nusron Wahid dan Detikcom, telah memicu gairah alam bawah sadar pembacanya untuk ikut membuktikan kesalahan prediksi Nusron Wahid. Artinya, meme tersebut selain makin menyudutkan Nusron Wahid, juga dimanfaatkan untuk mendorong semangat para pendukung ABI-III. Mereka yang awalnya kurang berminat, karena kesal dengan meme hoax tersebut, akhirnya memastikan partisipasinya dalam ABI-III.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun