Hari “H” 212
Dan pada hari pelaksanaan ABI-III, 212, tercatat tiga peristiwa penting yang semakin mengukuhkan posisi Habib Rizieq, sebagai figur kunci dalam memobilisasi massa ABI-III:
Pertama, sekitar pukul 08.00 WIB, beredar berita yang berasal dari panggung utama di Monas bahwa KH Ma’ruf Amin batal menjadi khatib Jumat. Dan tidak ada penjelasan resmi dari KH Ma’ruf Amin. Publik kemudian mengetahui bahwa Panitia mendaulat Habib Rizieq sebagai khatib pengganti. Makanya ada sinyalemen (belum terkonfirmasi) yang menyebutkan bahwa pihak panitialah yang membatalkan kehadiran KH Ma’ruf Amin. Tujuannya membuka ruang selebar-lebarnya untuk Habib Rizieq untuk tampil – yang menurut saya – terbukti memukau di mimbar (lihat deh rekaman khutbahnya di Youtube). Bukankah ini sebuah manuver yang sangat cantik?
Kedua, di luar dugaan semua pihak, termasuk para pembantu dekatnya, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, bersama beberapa menteri, akhirnya memutuskan berjalan kaki dari Istana, di tengah guyuran hujan, untuk ikut shalat Jumat di tengah massa, di panggung utama, bersama para penggerak GNPF-MUI.
Harus diakui, kehadiran Jokowi di tengah massa adalah sebuah langkah berani (mungkin untuk membayar ketidakmunculannya di Istana poda ABI-II, 411). Tapi keberanian itu, menurut para penggerak dan pendukung ABI-III, juga membuktikan satu hal: menari mengikuti ritme yang dimainkan Habib Rizieq.
Karena itu, sebagai seorang politisi, dari bahasa tubuhnya, ketika mendampingi Jokowi saat berpidato singkat, terkesan kuat bahwa Wiranto, Menko Polhukam, tampak kurang nyaman dengan kehadiran Presiden di tengah massa. Lewat insting politiknya, Wiranto memahami benar bahwa kehadiran Presiden Jokowi telah menegasikan semua imbauan dan kebijakan untuk mendeligitimasi ABI-III. Singkatnya, kehadiran Presiden adalah “pemberian legitimasi penuh” untuk ABI-III. Dan sekali lagi, itu menguntungkan Habib Rizieq.
What next?
Pertanyaan kunci yang telah-masih-dan-sedang menjadi obsesi semua pihak, apa manuver lanjutan Habib Rizieq?
Jika menggunakan geseran analisis paling logis dan normal, setidaknya ada beberapa kemungkinan manuver lanjutan Habib Rizieq, sebagai berikut:
Pertama, Habib Rizieq akan terus mendorong tuntutan “penahanan Ahok”. Sebab jika Ahok tidak ditahan, pamor Habib Rizieq akan kembali meredup. Artinya juga, masih dimungkinkan adanya penggelaran ABI-VI dan seterusnya. Dan puncak aksi tersebut adalah ketika sidang pengadilan yang mengagendakan pembacaan putusan hakim terhadap Ahok.
Kedua, Habib Rizieq akan terus memelihara momentum kedekatannya dengan semua ormas dan tokoh pendukung ABI. Dan ini mudah dilakukan. Sebab justru para tokoh itulah yang berkepentingan mendekatkan diri kepada Habib Rizieq.