Kemudian keduanya berdiam sampai keesokan hari. Tampaknya satu sama lain sudah enggan untuk memulai pembicaraan. Sampai akhirnya Tralala berangkat berobat. Diketahui, dari hasil cek darah, kadar gula sangat tinggi dan butuh perhatian serius.
“Besok-besok saya pulang ke desa,” ucap Tralala kepada Trilili dan anak lelakinya.
“Ibu juga pulang, kan,” anak itu bertanya.
“Tidak. Ibu di sini saja!” Jawabnya ketus
Tralala bergeming. Posisinya sulit.
“Sekarang pilih. Tinggalkan jabatan. Atau tinggalkan saya!”
Kalimat Trilili kali ini sangat di luar dugaan. Suaranya runcing. bagaikan anak panah melesat menghujam jantung. Tapi Tralala menahan rasa untuk tidak memuntahkan amarah. Pantang baginya bertengkar dengan istri, apalagi di hadapan anak.
Ditataplah wajah kusut istrinya itu. Seperti menyimpan kepenatan selama menjadi istri Kades.
Teko Tak Berujung, 22 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H