Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Pejantan Tangguh

13 April 2016   11:14 Diperbarui: 13 April 2016   11:19 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, andai karena kecerobohan, kemudian kalap dan aku membunuh cecunguk itu, urusannya panjang. Polisi, kejaksaan, pengadilan, penjara, semua tempat itu mendadak hadir dalam benak.  Ngeri juga menyinggahi tempat-tempat itu!

Kalaulah bukan begitu.  Bisa jadi, akulah korbannya.  Lelaki itu bisa melukaiku bahkan membunuhku.  Oh, alangkah malangnya nasibku, seorang yang bermaksud menolong, akhirnya jatuh sebagai korban.

Bagaimana jika menjeratnya dengan gasper!  Ah, sabuk celana ini mungkin saja bisa.  Tapi tidak nyaman.  Saat begerak, celanaku bisa melorot.  Bukankah itu juga menghambat pergerakan.  Percuma saja.....

Ternyata, aku selalu menemukan alasan.  Akhirnya, aku bergeming dalam bimbang.

***

Aku ini seorang laki-laki.  Sopir dan kondektur tak  beda denganku.  Di dalam bus ini ada puluhan  laki-laki lagi. Bahkan mungkin lebih.  Sedang perempuan itu sendiri.  Satu-satunya penumpang perempuan yang tersisa dalam bus.

Aku tetap saja hanya mengumpat, “Bangsat...!”  Umpatan yang keras di dalam hati.

Umpatan itu bukan saja untuk tiga lelaki, itu pun aku persembahkan untuk diriku sendiri.  Aku, merasa betapa kerdil.  Betapa lemah, sebagai lelaki.  Melihat penindasan di depan mata, tapi diam terkunci tak ada gerakan.

Satu lelaki bangkit, dua yang lain mengikuti.  Selagi hendak berjalan, satu di antara mereka mencolek pipi perempuan itu.  Cekakak-cekikik lelaki jalang berhabur memecah sunyi.

Aku geram melihatnya.  Seperti ingin meludahi saja wajah-wajah mereka.

“Berhenti dekat pertigaan!” kata satu di antara ketiganya sambil menunjuk arah depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun