Dua orang yang hadir kemudian menarik gorden, menutupi jendela kaca. Hansip Jamari merapatkan pintu dengan seksama, kemudian meraih kursi plastik, menjaga pintu sambil menyalakan rokok kretek Djarum Coklat.
***
Kedatangan Nona Noni di kontrakan Haji Sanusi menjadi buah bibir warga RT. Membandingkan dengan sudah-sudah, para warga menilai pendatang baru ini istimewa.
“Seksi,” ucap Pak Simamora, sedikit berkelakar.
“Kalau orang Jawa bilang, ini lencir kuning,” kata Kusmono.
“Ah, ini cenderung oriental,” Felix, mahasiswa sosiologi ini ikut memberi komentar.
Satu yang membuat setiap lelaki termangu-mangu adalah senyumnya. Selalu manis laksana gula aren. “Halo… Nona Noni.” Begitulah pancingan laki-laki terhadapnya.
Dan, kulit kuning yang cenderung putih, dengan alur pembuluh samar-samar kehijauan yang nampak pada betisnya saat mengenakan rok span, kerap membuyarkan konsentrasi. Tampaknya, para warga, utamanya kaum lelaki limbung tak berdaya. Apalagi jika aroma tubuhnya menerusup ke hidung, para lelaki terdiam beberapa detik. Pikirannya menggantung.
“Ini yang bikin kita melek!”
“Melayang nggak karuan!”
“Tapi kenapa baru sekarang datang. Saya kagok, sudah punya istri!”
Reaksi semacam itu, jika ditulis panjang akan menghabiskan beberapa halaman kertas folio bergaris.