Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sajadah Coklat Tua

21 Desember 2015   17:18 Diperbarui: 21 Desember 2015   17:18 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tapi kenapa harus dengan sajadah itu, Ibu?”

“Ya, siapa tahu, Aiman!” ujarnya. “Siapa tahu nasibmu sama seperti yang memberi sajadah itu.”

Aiman dibuat terdiam. Tak sedikit pun bermimpi menjadi politikus. Pemimpin daerah. Menjadi bupati. Atau wakilnya.

Ditenangkanlah rongga dadanya. Dipandangi dengan rasa hormat sosok ibunya.  Ia pun mencoba untuk mengerti. Perempuan yang dihadapannya itu punya hak mengungkap yang ada dibenaknya. Kesahajaannya, ternyata menyimpan kebesaran harapan-harapan.

Sewaktu kelas tiga SMA, ia sama sekali belum memikirkan kelanjutan andai nanti lulus. Tapi ibunya mendesak,”Mulai sekarang pikirkan Aiman, kamu mau kuliah di mana.”

Belum ada jawaban. Pikirannya masih belum terisi. Berulangkali, ibunya mengingatkannya: apakah sudah ada pilihan fakultas, universitas. “Jangan pikir biaya. Itu nanti saja. Siapa tahu keberuntungan ada padamu, Aiman.”

"Saya ingin bekerja saja.  Bukankah itu baik?"

"Bukan begitu. Bekerja memang baik.  Tapi memanfaatkan prestasi sekolahmu untuk kuliah, kenapa tidak dicoba?"

Aiman bimbang.  Ia tahu berapa uang pensiunan bagi seorang janda seperti ibunya.  Kuliah, dalam pikirannya akan menjadi beban tersendiri.  Tapi ia menurut, setelah sepupunya yang anak kuliahan tingkat akhir, atas suruhan ibunya, memberikan formulir pendaftaran UMPTN.

"Nah, sekarang kamu isi.  Nanti kita bersama menyerahkannya,"Kata lelaki sepupu Aiman.

Aiman agak tersudut.  "Sudahlah Aiman.  Diisi saja dulu.  Jangan seperti orang bingung begitu," Ibunya berucap.  Membujuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun