Setengah lima sore udara terasa panas. Musim kemarau ini belum juga ada tanda berakhir. Kardiman tak kuasa berlama-lama tidur istirahat selepas sholat ashar tadi. Dengan telanjang dada dan bercelana kolor, ia bangkit dan keluar kamar.
Ia menuju belakang. Ke dapur. Tempat rak kayu penyimpan perkakas makan berdiri.  Di bawahnya ia taruh kelapa muda yang satu sisinya sudah dipapakkan. Kelapa yang ia bawa pulang tadi siang.
Ia jongkokkan tubuhnya. Mengintai kolong rak kayu itu. Diarahkan pandangannya pada seluruh bagiannya. Hingga akhirnya ia berdiri. Kelapanya tidak ada, pikirnya.
"Mak, lihat kelapa muda yang ada di sini?" tanyanya kepada Narti yang kebetulan masuk dari pintu belakang.
Istrinya menggelengkan kepala. Tidak tahu. Bahkan tidak juga melihat ada kelapa muda di situ, lanjutnya.
"Ada orang lain yang masuk rumah kita, Mak?"
"Nggak ada. Cuma Lela" Narti berujar kepada lelaki itu.
Agaknya Kardiman mulai kuatir. Keringat di badannya mulai terlihat. Suara yang tadi siang ia dapati di pohon kelapa mengoyak pikirannya.
"Mana Lelanya sekarang?"
Mendengar namanya disebut, Lela pun menuju ke arah orang tuanya. Ia masih dengan seragam barunya yang belum juga ia lepas sepulang sekolah.
"Lel, kamu lihat kelapa muda yang ada di bawah rak piring. Tadi bapak taruh di situ?"