Xander yang kini sudah berdiri tidak menyadari pintu lemari di belakangnya sudah terbuka dengan sendirinya.
Tampak sebuah lengan putih pucat muncul dari dalam lemari. Tangan yang kurus itu terlihat mendorong pintu lemari dari arah dalam. Sosok perempuan berambut panjang tampak berjalan keluar dari lemari itu. Perempuan itu berpakaian lusuh putih dipenuhi bercak merah. Bajunya panjang hingga menyentuh lantai. Sementara rambutnya tergerai hingga bagian depan dan menutupi wajahnya. Perlahan dia bergerak mendekati Xander. Langkahnya diseret dan jalannya limbung.
Tangannya dijulurkan ke arah leher Xander.
“X … a … n … d … e … r …” terdengar suara parau menyebut namanya.
Otomatis Xander menoleh ke belakang.
Ia terkejut melihat sosok perempuan berambut panjang di belakangnya yang berusaha menggapai lehernya. Jari-jari tangan kurus makhluk itu berwarna putih pucat dan tampak berkuku panjang dan hitam.
Wajah yang tadinya tertutup rambut itu kini terlihat lebih jelas. Rambutnya seolah-olah tersibak dengan sendirinya. Sosok perempuan bermata merah dengan wajah tirus dan pucat membuka mulutnya lebar-lebar memperlihatkan gigi-gigi yang tajam seperti ingin memangsanya.
Hantu perempuan? Bukannya laki-laki? Makardo Wanantama … ?
Xander spontan menggenggam erat sapu di tangannya dan bermaksud menyerang makhluk itu.
Ah! Ia mengeluh. Tanganku kaku, sama sekali tidak bisa kugerakkan.
Jari-jari tangan itu mencengkeram lehernya.