Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Hantu Ruang Kosong

30 September 2016   19:59 Diperbarui: 30 September 2016   20:06 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa Perilius dan bukannya Makardo?

Berarti … jika memang Perilius mati terbunuh di tempat ini, polisi belum melakukan penyelidikan ke sini sehingga benda-benda seperti kertas bertulisan dan tanda pengenal itu masih ada di tempat ini sekarang.

Xander menoleh ke kiri dan kanan. Lalu perlahan-lahan dibukanya pintu itu.

Gelap!

Dengan menggunakan cahaya dari display hape-nya ia mencari-cari saklar lampu.

Begitu ditemukan, ia lalu menyalakan lampu dan segera menutup kembali pintu itu. Ruangan itu kini jadi terang. Rupanya listrik di tempat ini belum diputus.

Ada banyak barang di ruangan itu: meja, kursi, lemari besi untuk arsip berukuran sekitar dua meter, dan lain-lain. Xander berjalan-jalan mengelilingi ruangan yang kusam dan penuh debu itu. Ada sapu tersandar di dinding. Tidak ada apa-apa lagi yang menarik perhatiannya. Sampah dan potongan kertas bertebaran di lantai yang penuh debu.

Xander tidak menyadari di dalam lemari arsip itu ada sesuatu. Sesuatu yang terus memerhatikan dan mengawasinya melalui sebuah lubang kecil seperti retakan di pintu lemari itu. Jika saja Xander melihat ke arah lemari dan memerhatikan lubang di pintu lemari itu, ia akan dapat melihat kilatan cahaya dari mata yang sedang memerhatikannya.

Dan itu yang dilakukan Xander. Ia merasakan sesuatu. Ada sesuatu pada lemari ini …

Xander berdiri diam di hadapan lemari itu. Matanya fokus menatap lubang di pintu lemari itu.

Bola mata yang sebelumnya terlihat di sana sudah tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun