“Ah,” katanya tiba-tiba dan dengan cepat melihat ke arah pintu dojo – tempat dari mana Dorin datang. Dorin pun spontan menengok ke arah itu.
Tidak ada sesuatu atau seorang pun di sana. Dorin menyadari tipuan Bennosuke.
Tidak ada apa-apa! Anak ini mencoba menipuku, dia ingin mengalihkan perhatianku dariteru teru dorinhasil rekayasanya itu. Dasar bocah nakal!
Ia langsung mengarahkan pandangannya kembali ke bocah itu. Tampak Bennosuke dengan terburu-buru menyembunyikan teru teru dorin di balik obi-nya.
Dorin menjadi jengkel, ia merasa kali ini tingkah laku bocah itu sudah keterlaluan.
“Aku sudah melihatnya, Bennosuke. Percuma kamu sembunyikan.” Ia menatap bocah itu dengan gemas.
“Aduh!” tiba-tiba Bennosuke berteriak kesakitan – telinga kirinya dijewer oleh pamannya.
Sakit, tahu! Bennosuke mengelus-elus telinganya yang kini memerah itu.
Sementara Otsu terus-menerus tertawa. Ia menggunakan kedua tangan menutupi mulutnya dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
Bennosuke melihat pamannya berjalan menuju sudut pekarangan – mengambil sebuah benda yang biasa dijadikan alat untuk menghukum Bennosuke: sapu.
“Bennosuke …”