“Apa itu?” tanya Dorin.
“Ini,” Bennosuke membuka genggaman tangannya dan memperlihatkan benda yang ditanyakan Dorin.
Oh, teru teru bozu pemberian Otsu beberapa hari yang lalu.
“Bahagianya punya pacar yang penuh perhatian,” kata Dorin menggoda.
Bennosuke langsung cemberut.
“Kenapa belum kaugantung?” tanya Dorin lagi.
Bennosuke menggelengkan kepalanya. “Beberapa hari ini cuaca selalu panas, sepertinya tanpa kugantung pun hujan tidak akan turun.”
“Bennosuke, kamu harus menghargai pemberian Otsu. Dia sudah bersusah payah membuatnya. Gantunglah – paling tidak dia akan senang melihatnya,” Dorin memberi saran. “Bisa jadi dia akan berpikir cuaca yang panas ini karena teru teru bozu pemberiannya yang kaugantung di jendela itu betul-betul manjur.”
Walaupun Bennosuke terlihat seperti memerhatikan Dorin berbicara, sebenarnya ia mendengarkan perkataan pamannya itu dengan ogah-ogahan. Sekilas pikiran konyol melintas di benaknya.
Apalagi kalau Paman yang menongkrong di jendela, pasti lebih manjur ...
Berpikir begitu, Bennosuke jadi cengengesan sendiri. Kebetulan teru teru bozu artinya memang ‘bersinar-bersinarlah biksu’.