Di sisi output, yang dilihat adalah reading assessment score atau skor pengujian membaca dan kita ada di peringkat 45, not bad.Â
Penilaian ini sangat subjektif, dan CCSU sendiri di dalam webnya tidak menjelaskan rinci penilaian ini dibuat.
Hanya dijelaskan bahwa penilaian ini berdasarkan motivasi membaca setiap individu. Kalau diminta motivasi, anak-anak yang saya temui sangat punya motivasi membaca yang tinggi.
Indonesia tidak kekurangan motivasi baca, setiap bookfair selalu dijejali konsumen, segala umur, buku ludes.
Pun jika dinilai dari hasil karena membaca, saya masih yakin Indonesia tidak kekurangan orang hebat. Lha wong berapa pendapatan Via Vallen saja mereka tahu.
4. Komputer
Dari semua faktor di atas, hanya inilah yang menurut saya paling nyambung dengan ranking tadi.
Di Belanda, lebih 80% rumah tersedia komputer, laptop atau minimal notebook. Di Finlandia apalagi, lha di Indonesia?
"Bosok kamu mas, kamu ngeledek atau bagaimana?"
"Kok ngeledek?"
Di Belanda, di Finlandia, Denmark atau negara Eropa itu infrastrukturnya sudah stabil, sudah jadi, sudah established. Mereka termasuk negara paling bahagia di dunia.
Lha di Indonesia, boro-boro komputer dan laptop sampai pelosok, lha wong harga buku saja sampai di pelosok bisa naik 3x lipat kok.