Dan plis om dan tante, kita jangan lagi bicara koran offline. Jadi kalau CCSU masih bicara koran offline di Finlandia, maap di Indonesia lebih jaman now. Kita gak level sama berita yang telat sehari, telat dua jam aja kita gagap.
Disisi portal online kita punya Kompas, Detik, Tempo, Liputan6, Merdeka, Okezone, Tribun, Jawa Pos, Viva, Pikiran Rakyat dan Sindonews.
Dengan jumlah 11 portal online ini saja, masyarakat Indonesia sudah kelimpungan mendapat berita sebegitu banyaknya. Jangan tanya soal kapital-nya.
Iklan bersliweran hingga dalam posisi menganggu pembaca. Entah berapa milyar per hari uang yang beredar disana.
Kita gak hobi baca? Cih..semua berita kita baca, sampai kita gak tahu mana yang benar dan mana yang hoaks, saking hobinya kita baca.
So, bagi Indonesia pointnya bukan banyaknya media atau uang yang berputar didalam situ. Yang terpenting adalah bagaimana kualitas konten berita tersebut.
Percuma jadi portal online terbaik kalo kualitas beritanya sampah, hanya mengandalkan judul dengan tujuan paid per click.
2. Libraries (Perpustakaan)
Lagi-lagi kita cuma plonga plongo ketika disuguhi data bahwa kita rendah dari sisi ketersediaan perpustakaan. Mengarah ke ketersediaan buku / bacaan.
Apa penilaian sekedar dari sisi kuantitas, bukan kualitas?
Kalau kuantitas, ya pasti Finlandia teratas, dengan pendapatan per kapita tinggi, jumlah masyarakatnya cuma seperempat dari kita, disana bangun perpustakaan seperti bangun warung kopi. Enak ngaturnya, lha kita?
"Mas, kalo sampeyan punya lahan, mending tak sewa buat jualan sate tak iyee.." Gitu kata tetangga saya.