Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benarkah Minat Baca Kita Rendah?

14 November 2018   05:46 Diperbarui: 14 November 2018   18:36 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ren Zhengfei ialah pendiri Huawei yang termasyur karena rela mengorbankan harta pribadi demi membiayai riset produk semikonduktor hingga jadi produsen teknologi teratas. 

Anak-anak itu sudah baca lho, saya belum.

Hasil blusukan saya, diatas 50% anak-anak mengerti tentang sejarah, paham situasi terkini, melek literasi dan semangat. Ada memang yang masih belum "nyangkut" tapi semangat mereka ada.

Jika mereka tidak tahu, mereka akan tanya, browsing bagi yang bawa smartphone atau menjawab jujur "belum baca om". 

Bagi yang tidak tahu, wajah mereka memerah, tersenyum salah tingkah, tanda mereka malu. Itu point.

Point lainnya: Perpustakaan bukan hanya buku fisik, tapi juga konten bermanfaat di media sosial dan portal online. Itulah perpustakaan masa depan mereka. Baca itu medianya apa saja, bukan cuma buku.

Indonesia masuk 5 besar pengguna media sosial terbanyak di dunia, banyak link berita berfaedah yang bisa disisipkan di facebook, twitter atau instagram, bukan iklan penghancur lemak dalam sekejap.

Kompasiana, Tirto, Historia adalah tiga besar portal rujukan pengetahuan, opini dan sejarah online saat ini.

Ada puluhan juta anak Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok, terus terang "bonyok" untuk mengejar persentase yang sama dengan Barat. Selain perbanyak perpustakaan fisik, infrastruktur online perlu di genjot, apapun kondisinya.

Jika mereka bodoh, kita lah yang paling bertanggung jawab atas kebodohan itu..

3. Education System (input), Education System (output)

Gampangnya, input sistem pendidikan itu ada dua: Pertama berapa persen alokasi APBN untuk pendidikan terhadap % GDP. Pemerintah di 2018 menganggarkan 20% dari total APBN untuk pendidikan. Total sebesar 444,1 Trilyun. Persentase terhadap GDP adalah 3.52% ketika studi CCSU ini dibuat.

Brazil yang di posisi pertama menganggarkan 25% dari total APBN negaranya untuk pendidikan, setara 5.9% terhadap GDP. Sedangkan Denmark anggaran pendidikannya 7.6% terhadap GDP. Dari sisi ini Denmark harusnya peringkat pertama.

Kedua, adalah total lamanya masa wajib sekolah. Rata-rata di semua negara, masa wajib sekolah adalah 9-12 tahun. Di sisi input, dari 61 negara, Indonesia peringkat 54.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun