Lagipula merekajuga ngak betah dengan masakan Indonesia yang cenderung pedas.
Apalagi bule-bule, malah pernah teknisi asal Swedia masuk rumah sakit gara-gara makan rawon. Padahal yang lain gapapa. Kan repot ndes.
Itulah kenapa mereka membawa tukang masak sendiri. Aman buat mereka dan aman buat kita.
Persaingan MEA
Ibarat rumah, Indonesia itu masih pondasi dasar. India itu sudah buat atap. China sudah selesai bangunan, lagi jualan. Amerika? Sudah tahap penjualan rumah tahap II.
Supaya cepat, kita gandeng yang sudah pernah buat atap, furniture dan penjualan sekaligus. Disitu kita belajar.Â
Sayangnya, orang kita malas belajar. Kita lebih suka undang si Amerika untuk bangun rumahnya dan sekalian jualannya. Kita duduk manis, terima hasil.
Kita tidak kuasai teknologinya. Kita ribut, karena kita belum siap. Kita belum sanggup untuk bersaing. Itu.
Tenaga kerja asing seakan diharamkan, kembali lagi, lha emang orang kita sudah mampu? Apalagi kita sudah masuk MEA, Masyarakat Ekonomi Asean. Kalo kita tertinggal, yo rasakno.
Tapi memang berapa persen sih tenaga kerja asing itu di Indonesia?
Karena jumlah warga mereka pun sangat-sangat banyak, sehingga persentase mereka tampak kecil, kurang dari 0.1%. Padahal jumlah TKA di negara mereka pun secara jumlah tak beda jauh dengan Indonesia.