Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Budaya Qatar yang Cocok Untuk Memperbaiki Indonesia

6 September 2016   16:49 Diperbarui: 6 September 2016   17:55 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, budaya canggih dan tidak norak pun tercipta dengan sakinah.

4. Budaya menghormati perbedaan
Ini yang paling khas. Ada di antara anda yang masih mengurusi boleh qunut atau tidak? Ada yang masih mengurusi apakah bercadar itu wajib atau tidak? Atau perlu tidaknya jidat hitam sebagai tanda anggota power rangers? Ada yang mengurusi mahzab A, mahzab B atau masih unyu unyu berbicara soal Wahabi. Di mayoritas negara Arab, hampir tidak ada perbedaan dari itu semua, selama anda masih sholat di masjid yang umum, anda tidak akan menemui sedikitpun pergunjingan dan nyinyirisme ala Indonesia.

Pernah saya bertanya iseng,

"Kenapa di mesjid ini sholat tarawihnya 23 dan bukan 11 rakaat?"

"Who cares? Kita menghadap Tuhan yang sama, jika anda ingin 11 rakaat datanglah ke Mesjid di sana, tidak ada yang melarang"

Yup, perbedaan yang kentara hanya di masjid Syiah, dan itu biasanya ditandai dengan kubah warna hijau. Itupun hanya sebatas tempat sholat, bukan hubungan antar manusia. Itu baru sesama muslim, bagaimana dengan non muslim? Yang pasti tidak ada spanduk kafir mengkafirkan. Di waktu sholat, masjid selalu penuh tanpa suara speaker masjid dengan volume di atas rata-rata.

Tidak ada hegemoni berorasi zikir hingga menutup jalan umum, meskipun rakyat disana tidak bayar pajak. Bayangkan jika kita di Indonesia yang sama-sama bayar pajak lalu ada pihak yang menutup jalan sepihak atas nama agama atau partai, hingga orang lain harus memutar, sehat?

Perlu di catat bahwa negara Qatar adalah negara dengan sistem Islam, meskipun tidak diberlakukan hukum hudud tetapi hukum Islam yang lain tetap berjalan, shalat berjamaah, masjid dimana-mana dan mayoritas para wanita yang menutup aurat di jalan, polisi bertindak sesuai tugasnya dan rakyat patuh dengan sistem, sudah cukup mencerminkan hukum Islam yang memayungi keragaman.

Dan dengan itu semua, sholat subuh selalu penuh seperti sholat Jumat dan di waktu sholat Jumat tidak ada suara berisik anak kecil. Semua memiliki kedewasaan dan kesadaran diri untuk bersujud tanpa harus berkata nyinyir "Kamu kafir".

Souq Waqif dengan latar belakang Masjid Al Fanaar. Sumber: Dok pribadi
Souq Waqif dengan latar belakang Masjid Al Fanaar. Sumber: Dok pribadi

5. Budaya memanusiakan manusia
Yang kentara dari sebuah negara yang "beradab" adalah fasilitas umumnya. Dan itu yang kami rasakan di Qatar.

Pertama, hampir disetiap kecamatan punya minimal satu taman umum, setiap tamannya tertata rapi dan dirawat dengan baik, ada playground, memiliki sistem perawatan taman dan pengairan yang memang khusus untuk pertamanan, dan itu semua gratis. Di situlah kami warga Indonesia sering berkumpul, dimana anak-anak bisa membebaskan dirinya dari gadget.

Warga Indonesia berkumpul di Taman. Sumber: Dok pribadi
Warga Indonesia berkumpul di Taman. Sumber: Dok pribadi
Yang kedua adalah kontur trotoar yang di desain memiliki lekung turunan, gunanya untuk memudahkan bila membawa kereta bayi dan juga kursi roda, tentunya mengakomodir balita dan para difabel. Contohnya seperti foto di bawah:
Trotoar dibuat landai untuk memudahkan kereta bayi dan difabel. Sumber: Dok pribadi
Trotoar dibuat landai untuk memudahkan kereta bayi dan difabel. Sumber: Dok pribadi
Jalan masuk mall untuk kereta bayi dan difabel. Sumber: Dok pribadi
Jalan masuk mall untuk kereta bayi dan difabel. Sumber: Dok pribadi
Itu semua mudah untuk diaplikasi di Indonesia, untuk taman sudah saatnya kita memiliki departemen khusus pertamanan. Indonesia sudah terlalu rusak dengan mall-mall dan perkantoran yang di bangun di sembarang tempat. Trotoar masih bisa kita bangun ulang, toh pembangunan infrastruktur masih berjalan, apa salahnya konsep memanusiakan manusia tadi bisa di akomodir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun