Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Balik Ambruknya Si Emas Hitam Menjelang Review BBM 2016

29 Juni 2016   16:54 Diperbarui: 30 Juni 2016   08:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok Pribadi - ONWJ Pertamina Platform

US mulai mengetahui ini. Tahu bahwa manuver pertamanya (demi shale oil) gagal terhadap Arab Saudi, strategi lain di lancarkan, US mulai menunjukkan persetujuan terhadap penurunan harga minyak pada pertemuan OPEC di Wina pada 27 November 2014. Di situ, US secara mengejutkan mendukung penuh manuver politik Arab Saudi untuk tetap tidak menurunkan produksi minyaknya. Dan menariknya, hal ini didukung penuh oleh seluruh peserta konferensi dari Timur Tengah dan juga Eropa, khususnya Eropa barat.

Ada yang aneh? Amerika yang seharusnya menolak manuver Saudi, justru mendukung?

Setelah pertemuan itu, John Kerry, menteri luar negeri AS, melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada 11/9/2014 bertemu dengan Raja Arab Saudi ketika itu, Raja Abdullah di istana musim panasnya dalam sebuah kunjungan yang tidak direncanakan.

Setelah kunjungan itu, Arab Saudi justru menambah produksi minyaknya lebih dari 100 ribu barel per hari selama sisa bulan September. Pada minggu pertama November Arab Saudi menurunkan harga minyak jenis Arab Light sebesar 45 cent per barel. Harga minyak pun terus turun cepat dari harga 80 USD per barel.

Ada apa ini? Apa yang dibawa Kerry di istana musim panas Saudi? US belum pernah gagal, isu shale oil gagal, toh masih ada isu lainnya. Apa itu? Ternyata US memakai isu pengaruh penurunan harga minyak untuk menekan Russia, sebagai negara kedua produksi minyak terbesar, musuh besar US.

Alasannya? Isu pendudukan Krimea, Ukraina. Dan bagi Saudi sendiri, isu ini digunakan untuk tiga misi. Pertama TENTUNYA misi untuk menekan perekonomian Iran, sebagai negara syiah yang baru saja di cabut embargo minyaknya.

Kedua adalah menekan Russia sebagai negara pendukung diktator Basyar Al Assad di Syiria yang juga bergaris syiah, klop dengan US. Lebih jelaskan silahkan simak video berikut.


Ketiga, adalah menekan US sendiri untuk menghentikan shale oil dan kembali mengimpor minyak dari Timur Tengah.

Jauh sebelumnya, pada Maret 2014 lalu miliarder George Soros sudah mengusulkan kepada pemerintah US "sarana untuk menghukum Rusia" karena menggabungkan semenanjung Krimea, yaitu dengan jalan menurunkan harga minyak. Ide ini diterima.

So, Kerry berusaha menunjukkan persetujuan untuk menurunkan harga pada batas ekonomisnya di 70 - 80 USD/barel dengan 'berpolitik' terhadap Eropa dan Timur Tengah bahwa US serius dalam menolong Ukraina melawan Russia dalam isu Krimea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun