Mengapa demikian? Ini dipengaruhi oleh dua hal dasar:
Faktor Ekonomi
Sama dengan faktor ekonomi biasa, khususnya harga komoditas. Maka harga minyak juga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Ketika tahun 2003 di mana terjadi krisis Irak (US menggulingkan Saddam Husein), muncullah gerakan perlawanan rakyat Irak dengan melakukan peledakan-peledakan pipa minyak yang hampir setiap hari terjadi. Dan puncaknya pada 18 November 2003 di Baiji, Irak.
Ketika itu, efeknya produksi minyak Irak berkurang drastis. Kemudian diikuti badai Katrina di US pada 2005 yang melumpuhkan produksi minyak US, dan juga krisis Nigeria. Produksi minyak dunia pun jatuh, sehingga harga minyak melonjak tinggi hingga puncaknya pada Juli 2008.
Boom!
Tapi, saat ini, seperti dilansir majalah dan media online luar (Forbes, Times, Reuters dll). Terjadi kebalikan, dikatakan bahwa permintaan menurun drastis akibat menurunnya tingkat ekonomi negara-negara pengimpor minyak, di antaranya: China, Jepang, US dan terutama Eropa, sehingga terjadi penumpukan minyak mentah akibat Arab Saudi dan negara Arab lainnya yang tidak mau mengurangi produksi.
Apakah benar? Mari kita lihat lebih jauh.
Produksi minyak mentah terus bertahan di kisaran 70 juta barel per hari semenjak 2004 dan pada 2013, produksi mencapai angka 75.24 juta barel per hari. Konsumsi minyak dunia ada pada kisaran 80 juta barel per hari dan pada 2013 mencapai angka 90.35 juta barel per hari (silahkan klik di sini).
Menurut IEA (International Energy Agency) konsumsi pada 2014 mencapai 93.08 juta barel per hari dan produksi mencapai 93.74 juta barel per hari. 2014 oil oversupply.
Apa yang menarik? Yang menarik tentu adalah fakta bahwa permintaan akan minyak tidak pernah turun. Begitu pula dengan gas, selama dunia membutuhkan energi selama itulah kebutuhan akan minyak dan gas selalu bertambah.
Lalu konsep permintaan menurun itu gugur dong?
Penulis ingat pemikiran George Soros tentang konsep 'titik equilibrium' atau 'titik keseimbangan'. Di mana konsep tersebut menekankan pada titik keseimbangan nilai pada permintaan dan penawaran, yang berujung pada "berguncangnya" harga.