Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beredar "Transkrip Asli", Inilah Kenapa AADC2 Layak di Bully

1 Mei 2016   12:06 Diperbarui: 2 Mei 2016   09:05 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

www.boomee.co

Apakah Rangga benar telah membohongi cinta untuk satu purnama, yang kenyataannya adalah 168 purnama? Tanpa meninggalkan pesan apapun?

Mbak Mira plis wake up, Rangga pergi ke Amrik itu di tahun 2002, tahun itu udah ada Friendster, udah ada henpon dan udah ada email, memang sih fesbuk belum ada, Zuckenberg masih unyu2 ngedekem di kamar kos uprak-aprik calon fesbuk, tapi ya mbok jangan senaif itu.

Penulis gak percaya bahwa Rangga bisa gitu aja ninggalin Cinta. Preketek!! Lagian buat cewe, mana ada cewek yang udah di cipok bibirnya sak nyo-nyoh gitu terus gak cari tahu di mana lelakinya, apalagi sampai ngibulin satpam bandara, that's no sense!

Penulis yakin Rangga punya alibi yang jauh lebih prinsipil dari itu, dan untuk itu, penulis rela mencari apa alibi sebenarnya. Hingga akhirnya menemukan sebuah kenyataan yang selama ini tersembunyi, kenyataan dalam percakapan yang di duga asli antara Rangga dan Cinta di sebuah kafe di Jogja. Kenapa di Jogja? Inipun masih absurd di bahas dalam rapat pleno, jadi lupakan.

Eng ing eng, beginilah percakapan aslinya.

***
Di sebuah Kafe sepi nan romantis di Jogja

"Maaf, yang aku lakukan ke kamu itu..gak adil.." Ujar Rangga lirih. Udara diluar begitu dingin, menyisakan keheningan yang tampak abadi.

"Rangga, yang kamu lakukan ke aku itu..ja..hat." Tukas Cinta. Matanya menyiratkan sebuah kekecewaan, penyesalan dan amarah, membuat Rangga kikuk. Kasihan lelaki selalu mati kutu kehabisan jurus ngeles, apalagi kalau berhadapan cewek cantik. Huh.

"Aku punya alasan, aku gak senaif itu untuk ngelupain kamu.. Apalagi setelah di bandara, it's so crun..eh so sweet Cinta."

"So crunchy maksud kamu? Gak nyangka ya, hidup di Amrik udah bikin kamu beda..beda banget!"

"Maaf Cinta, tapi kamu harus dengerin aku dulu.."

"Yaudah, apa? Dengerin alasan gak jelas kamu yang amat sangat tidak prinsipil? Gilak!" Ujar Cinta sambil menirukan gaya Rangga 14 tahun yang lalu.

"Justru ini sangat prinsipil" Tegas Rangga sambil menyipitkan mata, menusuk ke ulu hati Cinta yang sedari awal memang penasaran.

"Aku gak bisa jelasin ke kamu dari awal." Sambungnya. "Aku gak respon invite-an kamu di Friendster, aku gak jawab inbox email kamu dan beratus-ratus telpon interlokal kamu, itu aku sengaja..karena aku..." Ucapnya, kali ini dengan wajah menunduk.

"..Aku apa..? Gak usah berpuisi deh, gue udah eneg! Cepetan jelasin!" Kejar Cinta bagai menginjak ranjau perang dunia.

"Cinta, aku lagi buka usaha! Aku buka usaha yang menurut cewek kayak kamu itu pasti memalukan! Aku motret itu cuma hobi, cuma buat kamuflase aja supaya tetep di anggep keren.."

"Hah! ngomong apa sih kamu Rangga?" Sahut Cinta kaget. "Udah ya, aku udah disini, duduk satu meja, nyeruput kopi, cuma buat ngedengerin ocehan kelas Amrik yang tahu-tahunya cuma bo'ongin orang, gitu?" Kejarnya.

"Makanya dengerin, aku terpaksa bohong, karena aku malu.."

"Malu kenapa? Emang kamu usaha apa? Ceritalah, gak usah pake melodrama kayak gitu, aku masih banyak nih chat-chat, path, snapchat yang belum di update, udahlah jangan kita buang waktu."

"Aku jualan cilok" Ujar Rangga mantab, sambil menghembuskan nafas yang panjang, bebannya selama 14 tahun ini seperti terhempas keluar, bagai bebas dari penjara gunung Sindur.

"Hah, cilok?" Cinta tercenung.

"Iya cilok, 2 tahun awal sejak kita ketemuan di bandara, aku bereksperiman dengan berbagai komposisi cilok dan ternyata cilok ku banyak yang suka di Amrik, gak cuma orang Indo lho, tapi juga orang Eropa, orang latin, eh orang Amriknya sendiri suka banget cilok..aku pake ikan tenggiri asli, jadi beda." Rangga menjelaskan dengan bersemangat.

"Aku..aku suka banget cilok." Ujar Cinta dengan mata melankolis.

"Nah, aku tahu banget kamu suka cilok, gak..gak usah tanya aku tahu darimana, pokoknya aku tahu..Nah 12 tahun terakhir aku kembangin cilok dari Amrik dan cilok ku ini sekarang udah di ekspor kemana-mana, udah ada 138 angel investor yang antri mau nampung, termasuk Ted Cruz dan Donald Trump. Kamu tahu kan waktu pendemo Trump yang rusuh itu? Itu orang-orang suruhan Cruz, waktu demo mereka nyemil-nyemil pake cilok ku lho." Jelas Rangga dengan mimik bangga.

"138?..Donald Trump? Kamu..kamu sehat? Kamu gak lagi bo'ong kan Rangga?"

"Aku sehat dan ngapain bohong Cinta, kamu bisa tracking semua perusahaan cilok ku dari gadget. kamu bisa tahu itu palsu atau betulan, apa ada di Panama Papers atau enggak, apa yang susah hari gini?"

"Iya sih ya.."

"Nah dari kasus Cruz itulah, akhirnya aku sadar bahwa cilok itu sangat filosofis..filosofis politiknya kental."

"So?" tanya Cinta sambil mengernyitkan kening.

"So? Cinta..cinta, masak cewek sepinter kamu gak ngerti sih? Aku mau pulang ke Indonesia, Harry Tanoe lagi rebutan sama Aburizal untuk jadi angel investor utamaku di Indonesia, tentunya pake label politik.." Ujar Rangga sambil tersenyum.

"Ooh..hmmm...jangan-jangan kamu.." Cinta menebak-nebak.

"Ya, aku mau nyalon jadi Gubernur DKI"

"Haaah!!"

"Gak usah kaget gitu lah, biasa aja."

"Oh ya, maaf..aku kira tadi kamu cuma mau buka warung cilok di Tebet atau PIK, kan lagi hits tuh"

"Ya, itu juga. Udah saatnya aku pulang, aku mau bawa semua usaha cilok ku ke Indonesia, aku mau kerja cerdas, semua orang suka cilok dan aku ingin mencilok-kan Jakarta, kalau pak Jokowi punya jurus dialog meja makan, aku punya jurus dialog dengan cilok." Kata Rangga.

"Maksudnya?"

"Dengan dialog, semua warga penggusuran bisa di relokasi dengan lebih damai, tentu aja sambil makan cilok, reklamasi teluk Jakarta bisa diomongin baik-baik sama nelayan, sama pengusaha, sama LSM sama bu Ratna biar gak berisik, tentunya sambil kongkow makan cilok, bukannya manusiawi tuh" Jelas Rangga dengan mata berbinar-binar.

"Terus kampanye kamu gimana? Orang udah isu agama lho sekarang" tanya Cinta spontan.

"Ngapain pake isu agama? bukannya yang Islam, yang Kristen, yang Hindu, Budha bla bla, semua juga suka cilok?" Tanya Rangga dengan percaya diri.

"Orang pake jurus agama karena udah mati gaya gak punya ide yang orisinil dan smart. Jangan samain aku dong, dulu di SMA aja aku paling beda kan..Nah, caranya..dialog lah Cinta, dialog dengan cilok.." Sambung Rangga semakin mantap.

"Gilak..gilak..you are crazy smart..ah gilak, ini kayak bukan Rangga yang aku kenal." Ujar Cinta semakin sumringah, matanya berbinar seperti melihat Obama versi kulit putih.

Rangga pun tersenyum, tentunya hanya sisi kiri bibirnya yang diangkat. Senyum khas Rangga yang 14 tahun yang lalu pernah membuat kaum remaja wanita terpana, dan kami yang pas-pasan ini semakin merana.

"Oya dua lagi. satu aku mau bikin Citor, Cilok Motor, jadi kayak ojek online, cuma semua penumpangnya sambil makan cilok supaya santai. Kedua, mungkin aku butuh perkapalan untuk ekspor impor cilok, dan aku tertarik Adigung Shipyard." Ujarnya.

"Hah..itu kan perusahaan suamiku, gilak kamu Rangga, emang gak ada yang lain apa?..efek bales dendam??" Semprot Cinta.

"Ada, tapi punya suami mu adalah yang paling menarik. Oya sekalian aku mau tanya, dulu..kenapa pas aku di Amrik justru kamu kawin sama orang itu?"

"Huuh...ya...karena aku..karena aku....aku butuh, aku butuh eksis di duniaku, aku butuh hidup yang lebih, dan aku gak bisa cuma ngandelin ijazah psikologi Rangga, kamu ngerti kan?" Jawab Cinta.

"Kepepet hutang?"

"Aku realistis! Gak mungkin aku cuma berkhayal nunggu kamu selama 14 tahun, gak mungkin..temen-temenku udah pada nikah, pada punya anak, punya kehidupan. Dan pria itu, bisa buat kehidupan aku lebih ...yah..lebih..."

"Lebih eksis? Lebih glamor? Dasar gak punya kepribadian."

Cinta hanya diam kali ini, tidak seperti 14 tahun yang lalu ketika dirinya memberontak ketika Rangga berucap hal yang sama.

"Tapi Rangga, aku cuma cinta sama kamu." Tiba-tiba Cinta mengendur.

"Aku..mungkin enggak bahagia secara batin sama laki-laki yang sama aku sekarang, dia cuma ngewarisin usaha turun temurun, sedang kamu, usaha cilok dirintis dari bawah, aku salut, aku bakal dukung kamu mati-matian untuk ngalahin Ahok, followers aku jutaan, dan aku cuma nunggu kamu..apalagi....kamu sekarang sukses"

Rangga cuma tersenyum pahit, sepahit double shot espresso yang dia seruput.

"Rangga.."

"Ya.."

"Kamu mau kan..sama aku lagi." Cinta menunduk malu. "Kita..ya kita jalanin dulu, sambil aku cari cara minta pisah sama suamiku sekarang..' ujar Cinta penuh harap.

"Cinta..aku sih mau, kamu cantik, tetep smart walau agak matre, tapi matre bagi aku itu wajar..hhmmm..hmm.." Rangga mengetuk-ngetuk jarinya di meja kafe, bola matanya bergerak-gerak gelisah, suasana yang dingin menjadi semakin dingin saja.

"So?" Kejar Cinta.

Rangga kembali menyeruput kopinya, sambil memandang lukisan di kafe tersebut, Rangga seperti masih mencari cara mengungkapkan sesuatu.

"Cinta..maaf, aku sudah ada yang punya..selama 14 tahun aku merintis usaha cilok, supaya bisa dapetin cewek kayak kamu buat selamanya, dan...tiba-tiba aku denger kamu udah nikah, terus terang itu berat buat aku.." Rangga berucap sambil menatap Cinta lekat-lekat. "Aku enggak bisa."

Cinta melongo tak percaya. Cinta, wanita yang menjadi idaman dan khayalan lelaki normal di seluruh Indonesia itu harus menghadapi kenyataan bahwa dia baru saja Di TOLAK! Sebuah kata yang belum pernah didengarnya, apalagi di rasakan.

"Sekali lagi maaf Cinta, kita sama-sama gak bisa nunggu selama itu, kita bukan tipe penanti 14 tahun tanpa hasrat biologis." Ujar Rangga. "Dan itu manusiawi" Sambungnya.

Tanpa sadar Cinta mengangguk, tapi dirinya masih bisa belum menerima, lebih karena perasaan cinta, harta dan tentunya gengsi.

"Eh iya ta, sebentar lagi dia dateng kok, dia mau jemput aku disini..nanti kamu bakal ketemu..atau.."

Cinta hanya terdiam, air matanya mengambang, namun sekuat tenaga di tahannya. Sebagai seorang sosialita secantik dirinya, ditolak adalah hal yang musykil, hanya Matahari yang terbit di barat yang mampu menolak cintanya.

Tiba-tiba dari ujung pintu, suara langkah kaki terburu-buru masuk ke dalam kafe, terlihat seorang berperawakan kurus, semampai dan..

"Nah itu.." Ucap Rangga sambil menengok kebelakang dengan gerak slow motion, senyum penuh cinta di kembangkan demi menyambut tambatan hatinya.

Cinta menoleh kearah pintu kafe, apa yang dilihat sungguh diluar dugaan, sangat luar biasa. Cinta semakin melongo, dia kehabisan kata-kata, jantungnya seperti berhenti berdetak, rasanya dia harus berteriak saat itu juga.

"MAMEET???!!!!.."

Cinta pun roboh tak sadarkan diri.

***

Demikianlah transkrip yang diduga asli dari sepenggal kisah AADC2 [Ada Apa Dengan Cilok 2]. Semoga bisa mencerahkan bahwa hidup tidaklah serumit dunia Rangga di Amrik sana.

Salam dan selamat berakhir pekan.

 

*Tulisan dimuat di blog pribadi,disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun