Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Bermata Bulan Sabit

19 Juni 2017   16:54 Diperbarui: 20 Juni 2017   21:03 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kesekian kalinya aku membaca pesan terakhir yang Thea kirimkan padaku.

"Dani, aku minta maaf sudah menyakiti hatimu waktu itu. Sungguh, aku hanya ingin kamu melupakanku.

Bisa memimpikan kejadian masa depan terkadang jadi siksaan bagiku.  Tidak masalah apabila mimpi yang kulihat adalah mimpi indah, aku ikut berbahagia.  Tapi bila yang kulihat adalah mimpi buruk, akupun ikut sedih walau aku tak mengenal orang yang ada di mimpiku.

Seseorang pernah mengatakan padaku bahwa kebanyakan hidup orang-orang seperti kami adalah berakhir mati karena rasa sedih, mati karena sedih melihat kesedihan, dan mati karena sedih tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghentikan kesedihan itu.

Dan rasa sedih itu makin kuat jika aku mengenal orang dalam mimpi tersebut.

Itulah sebabnya aku berusaha tidak akrab dengan seseorang, aku takut bisa melihat hal-hal buruk yang akan menimpanya.

Terutama kamu.

Aku tidak mau melihatmu ada dalam mimpi burukku.  Karena itu aku bermaksud membuatmu sakit hati dan benci padaku. 

Dani, aku hanya mohon satu hal padamu.

Jika aku mati, lupakan aku.

Sama sekali lupakan aku.

Jangan pernah engkau datang ke makamku.

Lupakan aku, Dani.

Lupakan aku."

Air mataku menetes.

* * *

Hujan baru saja berhenti, menyisakan genangan air di mana-mana.

Saat ini aku berada di pemakaman, tempat peristirahatan terakhir Thea.

Aku turun dari mobilku, tangan kananku menggenggam seikat bunga yang aku tahu menjadi bunga kesukaan Thea semasa hidupnya.

Kamu boleh memintaku melupakanmu, Thea.

Tapi bagaimana jika aku tak bisa melupakanmu?

Titik-titik hujan yang tersisa membasahi bajuku.

Jalanan yang becek membuat aku beberapa kali melompati genangan-genangan kecil.

Pemakaman tersebut meski terletak di tengah kota -- seolah membawaku ke dunia asing, dunia yang tenang dan jauh dari segala ingar-bingar.

Namun segala ketenangan itu mendadak berubah.  Aku mendengar lalu melihat sekelompok orang yang sedang mengejar seseorang.

"Pembunuh!" teriak kelompok orang tersebut dengan membawa benda apa saja.  "Rampok!"

Pemandangan itu sungguh menakutkan, sama menakutkannya dengan senjata tajam yang dipegang tangan kanan orang yang dikejar tersebut.  Senjata itu berlumur darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun