Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Bermata Bulan Sabit

19 Juni 2017   16:54 Diperbarui: 20 Juni 2017   21:03 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thea.

Sudah 3 tahun aku mengenal gadis berambut hitam panjang tersebut.

Gadis dengan sorot mata teduh.

Gadis yang aneh, kata orang-orang.

Bukan penyendiri tapi sering terlihat menyendiri.

Bukan pemurung tapi sering terlihat murung.

Dan...

Banyak yang mengatakan Thea terobsesi dengan benda bernama dreamcatcher.

"Dia sering banget beli dreamcatcher."

"Buat apaan sih?"

"Apa ada hubungannya sama ritual?"

"Percaya sama jimat?"

"Jangan-jangan..."

Akupun kerap dicecar pertanyaan mengapa Thea seolah terobsesi dengan dreamcatcher.  Mendapat pertanyaan seperti itu, aku biasanya tertawa kecil sambil mengangkat bahu.

Mereka tak perlu tahu yang sebenarnya...

* * *

Dua tahun lalu...

"Ini, kamu liat," Thea mengangkat kelopak matanya dengan tangan dan memperlihatkan bagian atas bola matanya.  Terlihat pola seperti bulan sabit berwarna keperakan di bagian atas iris matanya -- kiri dan kanan.  "Aku nggak tau apa mata orang lain seperti ini juga - maksudnya ada pola sabit seperti mataku - masih belum nemu soalnya."

"Aku juga baru kali ini liat yang seperti itu," gumamku keheranan.  "Coba, di mataku ada nggak?"

Setelah memeriksa kedua mataku, Thea menggeleng.

"Sejauh ini baru aku dan ayahku yang di matanya ada pola seperti ini," ujarnya.

"Mungkin keturunan?" tebakku.  "Krisna gimana?  Dia sepupumu 'kan?"

"Sudah aku periksa, nggak ada juga."

"Oh."

Pandangan Thea kini menerawang -- jauh.  Sudah kebiasaannya seperti itu, dan sejujurnya aku suka memandangnya seperti itu.  Ia tampak seperti seseorang yang datang dari masa depan dan sedang rindu rumahnya.

"Dani," panggilnya.  "Ada sesuatu yang mau aku beritahu ke kamu."

"Hm?  Soal apa?"

"Aku."

* * *

"Thea sudah cerita ke kamu 'kan?"

"Hah?  Apa?" aku tergagap.  Aku menutup artikel internet yang sedang kubaca, artikel yang membahas precognitive dream.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun