"Ini obatnya, tolong kasih Fini ya. Thanks, Bud."
Usai memberikan obat, Asep berlari masuk ke ruangannya meninggalkan aku sendirian.
"Sep!" teriakku.
"Sori, gue ada deadline!" serunya dari dalam ruangan.
Aku menyumpahinya namun ia bergeming dan meneruskan pekerjaannya.
Sialaan!
Aku berjalan menuju tangga dan kini berhenti sejenak di ujungnya. Â Bulu kudukku kembali meremang. Lampu di lantai dua dan lantai satu sepertinya sudah dimatikan sehingga praktis suasana di bawah menjadi sedikit gelap.
Sialan! SIALAN!
Suasana sungguh hening. Â Aku menoleh ke kiri.
Kamar mandi!
Aku teringat cerita bahwa di sekitar tempat inilah wanita itu dulu menggantung dirinya. Mataku berputar liar ke arah tangga antara lantai tiga dan empat meski perasaanku menolak melakukannya. Tuk. Tak.  Tuk. Tak tuk.