Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Masih Ada Cinta #6 : Penantian Tanpa Kepastian

9 April 2015   12:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mengenal mereka.  Sangat mengenal mereka.  Wanita itu mamanya Rei, sementara si gadis adalah adiknya.

"Rei.  Rei," isak wanita tersebut.  "Kenapa bisa seperti ini?"

"Sudah, Mam," si gadis berusaha menenangkan.  "Kita berdoa aja.  Kalo Mama nangis nanti semua orang juga nggak tenang."

Nay masih tak bersuara.  Ia hanya menghela nafas berkali-kali dan menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak menangis.  Jauh di lubuk hatinya terbersit rasa sesal yang mendalam.

Seharusnya aku bisa melarangnya!

Seharusnya aku bisa melarang dia menemuiku!

Maafkan aku, Rei!

Penantian itu terasa sangat menyiksa bagi mereka bertiga.  Suara langkah kaki para staf medis yang masuk dan keluar ruangan tersebut membuat perasaan mereka bertiga terombang-ambing antara harapan dan kecemasan yang teramat sangat.

Setelah penantian tanpa kepastian, beberapa jam kemudian pintu ruang ICU terbuka.  Beberapa perawat dengan tergesa-gesa mendorong sebuah wheel stretcher keluar dari ruangan tersebut, derit rodanya terdengar sangat mencekam.

Mereka bertiga tersentak dan secara refleks berdiri untuk melihat siapa yang ada di atas matras beroda tersebut, namun para perawat itu berjalan dengan cepat.

"Sus...," mama Rei mencoba bicara dengan seorang perawat, namun yang dipanggil menoleh pun tidak.  Dengan berlembar-lembar kertas di tangannya, perawat muda tersebut berjalan tergesa mengikuti rekan-rekannya yang mendorong wheel stretcher barusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun