"Rei, demi kebaikanmu sendiri dan semua, aku mohon jangan ulangi lagi kelakuanmu yang seperti ini."
Rei terdiam sembari tangannya memegang kemudi. Pandangannya menerawang jauh ke depan.
"Rei?" panggil Nay. "Kamu nggak apa-apa 'kan?"
Pemuda itu masih terdiam, bahkan kini ia terlihat menghela nafas berkali-kali.
"Rei, aku minta maaf kalo tadi ada omonganku yang nyinggung kamu," ucap Nay. "Sungguh, aku nggak bermaksud seperti itu."
"Aku tau, Lana. Aku tau," tukas Rei.
Pemuda itu kembali menghela nafas.
"Hanya saja... entah kenapa sejak beberapa bulan lalu aku dihinggapi satu perasaan aneh."
"Perasaan aneh?" tanya Nay. "Kenapa? Ada apa? Maksud kamu apa?"
"Aku..." Rei terbata, "sepertinya aku suka sama seseorang."
"Beneran?!" mata Nay berbinar. "Siapa dia? Apa aku kenal sama dia? Seperti apa orangnya? Terus kenapa kamu bilang itu 'aneh'? Nggak ada yang aneh dengan rasa suka, kok."