Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #30 : Akhir Sebuah Kisah

16 Juli 2014   14:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tak peduli derasnya hujan, Tama membantu Rin - yang masih tertegun - untuk berdiri.  Mereka berdua kemudian berteduh di sebuah pos tak jauh dari situ dalam keadaan basah kuyup.

“Kamu... kenapa kamu ada di sini?” tanya Rin heran.  Sudah tidak ada lagi kemarahan di hati Rin terhadap apa yang pernah Tama lakukan dulu padanya.
“Hampir setiap hari aku ke sini,” jawab Tama gugup.
“Masa’?!” Rin semakin heran, “Tapi aku nggak pernah liat kamu.  Kamu ada urusan di sekitar sini?”
“Aya...” Tama tampak ragu, “Sebenarnya aku ke sini untukmu...”


Rin terbelalak.

“Untukku?  Tapi kenapa?”


Tama memandang Rin.

“Aku minta maaf.  Aku bener-bener nggak bisa ngelupain kamu.  Aku tau kamu sudah sama orang lain, tapi aku sama sekali nggak bisa menghapus rasa cintaku ke kamu.  Dan aku merasakan sakit, di sini...”  Tama memegang dadanya.
“Baru kali ini aku merasakannya.  Aku sangat mencintaimu dan selalu ingin melihatmu, itulah sebabnya aku sering datang kemari.  Tapi saat aku ingat kesalahanku padamu, aku jadi nggak berani nemuin kamu.”


Tama terdiam sejenak,

“Mungkin semua ini pantas buatku, melihat orang yang aku cintai sudah sama orang lain - yang lebih mampu membahagiakannya.  Sekarang aku hanya bisa menyesali diriku sendiri...”


Rin menghela nafas.

Jadi begitu...


Mereka berdua terdiam.

Beberapa lama kemudian, hujan sudah tidak sederas tadi.

“Hujannya sudah nggak deres.  Aku mau pulang...”


Gadis itu keluar dari pos diikuti pandangan Tama.

Berbahagialah, Aya.  Aku memang tidak pantas buatmu.


Mendadak Rin menghentikan langkahnya.

“Tama, kenapa kamu masih di situ?”


Suara itu menyadarkan Tama dari lamunannya.

“Aku masih mau di sini sebentar lagi,” jawabnya.

“Dengan baju basah seperti itu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun