Ingatan Tama kembali ke masa tiga bulan lalu.
* * *
Sore itu seperti hari-hari sebelumnya, Tama menanti di taman. Entah sudah berapa lama ia melakukan hal seperti ini.
Aya, aku ingin menemuimu.
Jika menuruti egonya, ingin rasanya Tama mendatangi Rin dan berharap gadis itu akan memberi kesempatan kedua padanya. Tapi ia sadar hal itu tidak akan mungkin.
Aku sudah tidak punya keberanian lagi untuk menemuinya. Aku sudah bersalah padanya.
Tama mendesah. Hatinya saat ini dipenuhi penyesalan.
Mendadak hujan turun dengan derasnya. Tak ingin kebasahan, Tama buru-buru meninggalkan taman, hendak kembali ke dalam mobilnya.
Dukk!
Karena terburu-buru ditambah derasnya hujan membuat Tama tidak melihat arah jalannya, dan dia merasa menubruk seseorang. Dilihatnya seorang gadis yang sekarang terduduk memunggunginya. Baju gadis itu basah terkena hujan, sementara payungnya terlempar entah ke mana.
“Maaf,” ujar Tama mencoba membantu gadis itu berdiri.
Gadis itu menoleh.
Dan keterkejutan menyergap mereka berdua.
“Aya?!”“Tama?!”