Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #30 : Akhir Sebuah Kisah

16 Juli 2014   14:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14052363051743940160

Catatan Penulis :

Chapter ini merupakan penutup dari dwilogi "Kejarlah Cinta" dan "Kisah Dua Hati" yang mengisahkan cinta segitiga antara tokoh-tokoh utamanya - Rin, Rian, dan Lintang.  Di chapter sebelumnya diceritakan bahwa Rian dan Lintang akhirnya menyadari perasaan masing-masing - mereka saling mencintai!  Dan sebuah pelukan erat di bandara menjadi akhir yang membahagiakan untuk mereka berdua.

Sekarang, bagaimana dengan Rin yang sudah putus dari Rian?


CHAPTER 30

Lima bulan berlalu semenjak berakhirnya cinta mereka, saat ini Rin sedang dalam perjalanan pulang dari kampus.

Lintang akhirnya kuliah di Jakarta.


Suasana sore hari itu sangat bersahabat, angin berhembus sepoi-sepoi sungguh menyejukkan.

Aksa bilang kalo mereka juga belum lama ini resmi pacaran lagi.

Rian, Lintang, aku bahagia untuk kebahagiaan kalian.


Rin melewati taman yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya, dan di sana dilihatnya seorang pemuda yang sedang duduk di salah satu bangku taman.  Rin tersenyum lalu menghampiri pemuda tersebut.

“Mas Tama,” panggilnya, “Kamu sudah lama di sini?”


Pemuda yang dipanggil "Tama" itu menoleh mendengar panggilan tersebut.

“Ah nggak juga...” ujarnya.


Rin kemudian duduk di samping Tama.

“Kamu selalu nunggu aku di sini, bukannya di rumah aja.  Kenapa?”


Tama sejenak memandang Rin, kemudian menyapu pandangannya ke sekeliling taman.

“Aku akan selalu ingat, di sinilah kamu ngasih aku kesempatan kedua.”


Ingatan Tama kembali ke masa tiga bulan lalu.

* * *

Sore itu seperti hari-hari sebelumnya, Tama menanti di taman.  Entah sudah berapa lama ia melakukan hal seperti ini.

Aya, aku ingin menemuimu.


Jika menuruti egonya, ingin rasanya Tama mendatangi Rin dan berharap gadis itu akan memberi kesempatan kedua padanya.  Tapi ia sadar hal itu tidak akan mungkin.

Aku sudah tidak punya keberanian lagi untuk menemuinya.  Aku sudah bersalah padanya.


Tama mendesah.  Hatinya saat ini dipenuhi penyesalan.

Mendadak hujan turun dengan derasnya.  Tak ingin kebasahan, Tama buru-buru meninggalkan taman, hendak kembali ke dalam mobilnya.

Dukk!

Karena terburu-buru ditambah derasnya hujan membuat Tama tidak melihat arah jalannya, dan dia merasa menubruk seseorang.  Dilihatnya seorang gadis yang sekarang terduduk memunggunginya.  Baju gadis itu basah terkena hujan, sementara payungnya terlempar entah ke mana.

“Maaf,” ujar Tama mencoba membantu gadis itu berdiri.


Gadis itu menoleh.

Dan keterkejutan menyergap mereka berdua.

“Aya?!”

“Tama?!”


Tak peduli derasnya hujan, Tama membantu Rin - yang masih tertegun - untuk berdiri.  Mereka berdua kemudian berteduh di sebuah pos tak jauh dari situ dalam keadaan basah kuyup.

“Kamu... kenapa kamu ada di sini?” tanya Rin heran.  Sudah tidak ada lagi kemarahan di hati Rin terhadap apa yang pernah Tama lakukan dulu padanya.
“Hampir setiap hari aku ke sini,” jawab Tama gugup.
“Masa’?!” Rin semakin heran, “Tapi aku nggak pernah liat kamu.  Kamu ada urusan di sekitar sini?”
“Aya...” Tama tampak ragu, “Sebenarnya aku ke sini untukmu...”


Rin terbelalak.

“Untukku?  Tapi kenapa?”


Tama memandang Rin.

“Aku minta maaf.  Aku bener-bener nggak bisa ngelupain kamu.  Aku tau kamu sudah sama orang lain, tapi aku sama sekali nggak bisa menghapus rasa cintaku ke kamu.  Dan aku merasakan sakit, di sini...”  Tama memegang dadanya.
“Baru kali ini aku merasakannya.  Aku sangat mencintaimu dan selalu ingin melihatmu, itulah sebabnya aku sering datang kemari.  Tapi saat aku ingat kesalahanku padamu, aku jadi nggak berani nemuin kamu.”


Tama terdiam sejenak,

“Mungkin semua ini pantas buatku, melihat orang yang aku cintai sudah sama orang lain - yang lebih mampu membahagiakannya.  Sekarang aku hanya bisa menyesali diriku sendiri...”


Rin menghela nafas.

Jadi begitu...


Mereka berdua terdiam.

Beberapa lama kemudian, hujan sudah tidak sederas tadi.

“Hujannya sudah nggak deres.  Aku mau pulang...”


Gadis itu keluar dari pos diikuti pandangan Tama.

Berbahagialah, Aya.  Aku memang tidak pantas buatmu.


Mendadak Rin menghentikan langkahnya.

“Tama, kenapa kamu masih di situ?”


Suara itu menyadarkan Tama dari lamunannya.

“Aku masih mau di sini sebentar lagi,” jawabnya.

“Dengan baju basah seperti itu?”

“Nggak apa-apa, Aya.”

Aku pantas menerima kehampaan hati ini setelah semua kesalahan yang kulakukan padamu, Aya.  Berbahagialah dengannya.


Baik Rin maupun Tama masih bergeming.  Keduanya saat ini tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Tama, kamu tau?" gumam Rin.

“Tau... apa?” Tama bingung.

“Kamu  tau?  Aku nggak rela kalo kamu sampe sakit gara-gara ini...”

“Eh?”

“Aku bilang, kamu jangan sakit.  Aku nggak rela kalo kamu sampe sakit...”

“Aya?”


Tama tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, ia melihat Rin mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum dan berkata,

“Kamu ikut aku ke rumah.  Di sana mungkin ada baju kering.”

“A... Aya?  Kamu?  Kamu serius?”

* * *

(Catatan penulis : untuk adegan terakhir ini, saya coba menawarkan instrumentalia “Love and Longing” yang merupakan salah satu OST film favorit saya “My Sassy Girl”.  Selamat menikmati!)

Mereka berdua masih duduk di bangku taman.  Matahari sudah semakin condong ke barat.  Suasana taman sudah mulai sepi.  Lampu-lampu taman sudah mulai dinyalakan meski hari belum gelap.

“Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang kamu berikan padaku, Aya,” ujar Tama.


Rin tertawa.  Manis.

“Semoga begitu.  Karena aku nggak akan balik lagi kalo kamu ulangi perbuatanmu yang dulu.”


Tama menggenggam tangan Rin dan memandang wajahnya.

“Aya, aku berjanji akan berusaha menjadi yang terbaik buatmu.  Aku nggak akan mengecewakanmu kali ini.  Aku akan membahagiakanmu.”


Keduanya saling pandang.

“Aya, aku sangat mencintaimu...”


Rin tersenyum kemudian menyandarkan wajahnya di dada Tama.

“Aku percaya kamu, Mas.  Aku juga mencintaimu...”

"KEJARLAH CINTA" & "KISAH DUA HATI"

- T A M A T -

Jakarta, 16 Juli 2014

At times I understand you

And I know how hard you've tried

I've watched while love commands you

And I've watched love pass you by

("Sometimes When We Touch" - Olivia Ong)

===============================

"Kejarlah Cinta" #1 : Perkenalan Pertama

"Kisah Dua Hati" #1 : Straight Set!

===============================

Terimakasih sudah menjadi pembaca setia kisah cinta Rin, Rian, dan Lintang sejak "Kejarlah Cinta" sebanyak 17 chapter sampai ke "Kisah Dua Hati" sebanyak 30 chapter.

Semoga terhibur dan sampai jumpa di kisah berikutnya!

Cast (dari kiri ke kanan) :


  1. Cahaya Rinjani (Rin)
  2. Rian Angkasa (Rian)
  3. Lintang Paramitha Hadikusumo (Lintang)
  4. Rangga Utama (Tama)
  5. Teguh Wicaksana (Aksa)
  6. Niko Putra Sanjaya (Niko)


Sumber gambar : kolase dari berbagai sumber
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun