Sepeda pun meluncur turun dengan kencang. Hembusan angin karena luncuran sepeda itu terasa menyegarkan bagi Angga dan membuat rambut panjang Nay menari-nari.
Angga tertawa kegirangan karena berhasil menaklukkan tanjakan tadi.
“Yess!” teriaknya.
Tanpa sadar, Nay memegang pinggang Angga.
* * *
“Angga, makasih. Aku buatin minum buat kamu ya...”
Saat ini mereka sudah tiba di rumah.
Nay hendak masuk ke dalam ketika tiba-tiba Angga menarik tangannya.
“Nay, tunggu sebentar,” ujar pemuda tersebut.
Mereka berpandangan dengan tangan Angga memegang tangan Nay.
Untuk sesaat, tak ada suara apapun yang keluar dari mulut mereka.
Nay tersentak!
Ini?!Perasaan ini?