Arya tersenyum – pandangannya menerawang.
Saras, anak kita sudah semakin dewasa. Dia sudah berani pulang sendiri ke Jakarta, ya meskipun sama temen sih.
Ah seandainya saja…
“Ayah!”
Panggilan itu menyadarkan Arya dari lamunannya. Ia melihat anak gadisnya datang dengan ditemani seorang pemuda yang kira-kira seumuran.
Nay menghampiri Arya dan mencium tangannya.
“Ayah,” katanya.
“Lana sayang,” sahut Arya, “Padahal baru empat bulan kamu nggak tinggal sama Ayah tapi kaya’nya kamu kok sudah lebih dewasa ya?”
Arya kemudian menoleh pada Novan. Pemuda itu segera menyalami ayah kandung Nay tersebut,
“Om,” sapanya.
“Kamu?” tanya Arya.