Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #24: Sebuah Permintaan Maaf - Part I

25 November 2014   14:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416874559883420135

Cerita Sebelumnya :

Nay akhirnya memberitahu perasaan Nayra - saudara kembarnya - pada Angga.  Namun begitu, hal itu masih belum menjadi titik terang kenapa Nay sampai berpura-pura menjadi teman masa kecilnya.  Untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, Nay menyerahkan sebuah hardisk eksternal yang berisi video-video rekaman si kembar...

CHAPTER 24

Klik!

Angga mengklik mouse di komputernya, memainkan satu berkas video yang tersimpan dalam hardisk eksternal yang diberikan Nay padanya.

“Mmm… udah mulai ngerekam belum sih?” terdengar suara seseorang di video itu sementara kamera tampaknya bergoyang tak tentu arah.

“Udaah, ini udah ngerekam,” terdengar lagi satu suara, “Tu liat aja udah tanda ‘rec' di pojok.  Nih.”

“Oooh, hehehe…”

Kamera kemudian berputar memperlihatkan wajah seorang gadis tanggung berambut pendek.  Angga tercengang melihatnya,

“Hai, ini rekaman pertama yang aku buat,” gadis itu berbicara di depan kamera, “Namaku Tara Kissa Nayra biasa dipanggil Rana atau Nayra.”

Nayra?  Umur berapa ini? Angga tersenyum.

“Sekarang usiaku 13 tahun,” Nayra masih bicara di depan kamera, “Dan kamera ini hadiah ulang tahun dari Ayah.  Makasih ya, Yah…”

Kamera kemudian bergerak tak tentu arah, Angga tertawa geli dibuatnya.

* * *

“Nay, aku sudah mulai nonton video-video yang di hardiskmu…” cetus Angga pagi hari itu saat mereka – seperti biasa – berangkat sekolah bersama.

Nay mendongak,

“Iyakah?  Sudah sampai mana?” tanyanya.

“Hm…,” Angga masih mengayuh sambil berpikir, “Yang kalian berenang di Snowbay?”

“Berenang di Snowbay?” Nay mengerutkan kening.

Tiba-tiba didengarnya Angga tertawa terbahak-bahak, wajah Nay pun seketika berubah merah ketika ia teringat sesuatu.

“Astaga, Anggaaa!  Yang itu?!”

Nay merasakan wajahnya semakin merah dan panas.

“Kenapa kamu harus nonton yang itu sih?!” teriaknya malu.

Namun tawa Angga makin keras.

“Awas ya kalo kamu nonton lagi video yang it…” ucapan Nay terpotong oleh ponselnya yang berdering.

Baik Nay maupun Angga heran, tidak biasanya ponsel Nay berdering pagi-pagi begini.

“Hai!  Pagi banget kamu nelpon?” sapa Nay riang, “Iya, aku lagi dalam perjalanan ke sekolah.”

Nada suara Nay yang terdengar ceria itu membuat Angga merasa tidak nyaman, apalagi sepanjang percakapan itu terdengar Nay mengucapkan kata-kata yang nampaknya merupakan bentuk perhatian.

Siapa dia?

“Oke Rei.  Bye,” Nay menutup ponselnya.

Ray?  Jadi dia cowok?

“Aku nggak nyangka dia nelpon sepagi ini,” gumam Nay.

“Nay,” panggil Angga, “Siapa dia?  Apa dia juga yang kemarin nelpon kamu?”

“Ya,” tukas Nay, “Namanya Rei, dua tahun lebih tua dari aku sama Rana.  Sekarang dia lagi kuliah.”

“Oh,” Angga makin cemburu, “Cowok?”

“Cowok.”

“Oh.”

“Angga,” panggil Nay, “Kamu… cemburu?”

Angga tak menjawab.

“Angga,” panggil Nay lagi.

Angga hanya menghela nafas.

“Angga, Rei itu temanku sama Rana.  Kami berdua kenal dia di Rumah Sakit waktu Rana harus dirawat karena kondisinya yang terus menurun," Nay menjelaskan.

Angga hanya menggumam tak jelas.

Nay melanjutkan kalimatnya,

“Dan Rei juga yang menguatkan aku saat kehilangan Rana.  Dia banyak memberi perhatian ke aku…”

“Jadi, pantes ‘kan kalo aku cemburu?” potong Angga.

“Angga, kamu salah!” sentak Nay tiba-tiba, “Kamu belum tau apapun tentang dia!”

“Aku memang nggak tau apapun tentang Ray, itu makanya aku cemburu!”

“Angga,” keluh Nay, “Kenapa sih kita harus ribut terus?”

Angga terdiam mendengar perkataan Nay barusan.

Kenapa sih kita harus ribut terus?

Sungguh cara yang buruk untuk mengawali hari.  Kedua remaja tersebut tak bertegur sapa sepanjang sisa hari itu.

* * *

Malamnya, Angga memutuskan untuk menonton video-video tersebut dimulai dari file paling akhir.  Saat ini ada dua pertanyaan besar dalam benaknya.

Kenapa Nay harus berpura-pura menjadi teman masa kecilku?

Dan… siapa Ray?

Ada hubungan apa antara mereka?

Katanya mereka kenal waktu di Rumah Sakit, jadi kemungkinan orang itu ada di salah satu video-video ini.

Ia mengklik beberapa video sekaligus dan memeriksanya secara cepat.

Ini bukan.  Bukan.  Ini juga bukan.

Ia langsung menutup video-video yang dirasanya tidak penting.

Bukan.  Bukan juga.

Hm?

Ini mungkin?

Ada satu video yang menarik perhatiannya.  Video itu kelihatannya diambil di sebuah ruangan.  Meski ruangan itu terlihat nyaman, nuansa medis tetap terasa.

Di Rumah Sakit?

Seorang gadis tampak duduk di pembaringan.  Wajahnya pucat, tubuhnya tampak sangat lemah.  Angga terkejut bukan main saat melihatnya.

Na… Nayra?  Kenapa?

Ia kemudian teringat ucapan Nay,

”Sejak saat itu kondisi Nayra terus menurun.  Penyesalannya sudah teramat dalam…”

Tapi… aku sama sekali tak menyangka kondisinya sedrop itu…

Dalam video itu terlihat Nayra dengan wajah pucatnya mencoba tersenyum,

“Angga,” ucap Nayra kemudian, “Ini aku Nayra.  Kalo kamu nggak percaya, ini buktinya.”

Gadis itu kemudian memperlihatkan siku kanannya.  Ada bekas luka bakar di situ.

“Mungkin kamu ingat, bekas luka ini ada gara-gara waktu kecil aku kena knalpot motor di rumahmu,” Nayra tersenyum, “Tanda ini yang membedakan aku sama Lana.  Dan biar kamu tambah yakin…”

Nayra melambaikan tangannya,

“Lana, sini.  Ini biar Angga percaya kalo kita memang kembar.”

Seorang gadis kemudian menghampiri Nayra dan mengambil posisi di sampingnya.

Nay.

Angga tersenyum, namun senyumnya kemudian hilang saat dilihatnya Nayra memejamkan mata dan bernafas dengan berat seperti menahan sakit.

“Rana?  Kamu nggak apa-apa?” Nayla tampak khawatir dan menoleh ke arah kamera, “Rei?  Gimana nih?”

Ray?  Jadi beneran dia ada di situ? Angga terbelalak.

“Rana?” terdengar suara seorang pemuda.  Tampaknya ia yang memegang kamera, “Kamu kenapa?”

“Aku nggak apa-apa,” Nayra mengangkat tangannya, “Kita lanjut…”

“Tapi…”

“Sudah, aku nggak apa-apa…”

Angga menahan nafas.  Nayra melanjutkan kalimatnya dengan nafas tersengal-sengal,

“Kalo kamu liat video ini, berarti kamu sudah tau kalo Lana bohong sama kamu.  Tapi tolong, jangan marah ke Lana…”

Nayra berhenti sejenak,

“Angga, aku bener-bener minta maaf.  Lana melakukan semua kebohongan itu demi aku…”

(Bersambung)

Nayra meminta agar Angga tidak marah pada Nay untuk semua kebohongan yang dilakukan gadis tersebut.  Kenapa?  Apa yang terjadi antara Nayla dan Nayra?  Di video tersebut juga ada seorang pemuda bernama Rei.  Siapa dia?  Sedekat apa hubungan antara Rei dengan Nay?  Ikuti terus chapter-chapter terakhir "Ada Cinta" Season I...

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #25 : Sebuah Permintaan Maaf - Part II   |   Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?

Sumber gambar : favim.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun