"Bu...makasih yaa...udah ikut berteduh di sini,"ucapku berbarengan dengan Kang Maman ke ibu pemilik kios rokok "Iyaaa...Neng...kang sama-sama, ati-ati dijalannya yaaa...". Sahut ibu pemilik kios dengan ramahnya.
Kebetulan di dalam angkutan umum sudah ada beberapa yang duduk lebih dulu, Kang Maman kebagian di tempat duduk dekat pintu masuk angkot, dan aku kebagian di kursi 'artis' (karena jok tambahan yang kecil itu menghadap ke semua penumpang, makanya kayak artis deh diliatin seisi angkot..hihihi..).
Hujan turun lagi, bahkan semakin deras saja, sopir angkot mencoba menajamkan pandangannya, karena semakin lama perjalanan semakin gelap saja, selain hujan yang deras juga dibarengi kabut yang sudah mulai turun, karena daerah menuju Lembang memang sudah masuk ke dataran tinggi, maka wajar jika kabut sudah mulai turun, padahal jika kita lihat jam masih terbilang siang, baru juga jam sepuluh pagi. Baru saja aku bergumam dalam hati, kok perasaan ini angkot oleng jalannya, tiba-tiba ...
"Dan.....Braaaaak...sreeeeeet..." "bruuug....braaaaag....weeerrrrrrr......weerrrrr...."Ahhhh......Mamaaaah......................Alllohu Akbaaaar.........Innalillahiiii......", jeritan seisi angkot bersahutan, semua yang keluar beragam kalimat, ada yang panggil ibunya, ada yang panggil Allah ada juga yang ngucapin Innalillahi.
Aku masih memegang tangan Kang Maman waktu angkot terasa oleng jalannya, malahan Kang Maman sempat mengingatkan pak sopir agar pelan aja jalannya, sebab hujan deras dan pandangan kabur karena ada kabut, tapi mungkin gak terdengar oleh pak sopir saking derasnya hujan.
Kecelakaan itu tak ada yang tahu persis awal kejadiannya, yang jelas kalau menurut pengakuan para saksi mata, sopir yang aku tumpangi itu, menghindar kendaraan dari lawan arah yang hendak mendahului angkot di depannya, tapi dia kayaknya kaget sebab angkot yang aku tumpangi juga melaju dengan kencang, akhirnya pak sopir banting stir ke kiri dan nabrak pohon hingga terjungkir sampai dua kali ke lereng perkebunan teh di daerah desa Cikole kecamatan Lembang Kabupaten Bandung.
"Kang....kang Maman....Kang...akang dimanaaaaa..." teriakku mencari kang Maman yang tidak ada di sekitar kejadian. Semua penumpang berceceran terlempar dari angkot, ada yang tertindih ada juga yang sudah tidak bernapas. Aku teriaaak dan nangis sejadi-jadinya..... Tampak warga serta sesama pengendara berhamburan menghampiri kami.
Aku gak bisa berbuat banyak, karena tubuhku pun lemes sekali...dan darah dari pelipis mataku juga terus mengalir...baju krem muda saat itu sama dengan warna kerudungku menjadi merah marun. Kedua kaki dan tanganku gak bisa digerakkan, aku pasrah dan akhirnya aku gak ingat apa-apa lagi.
Kang Maman? Oh...kemana Kang Maman? Aku ini dimana? Kang....Kang Maman......"aku teriak sekencang-kencangnya...tapi orang yang tampak ada di sekelilingku gak merespon aku...semua hanya memandangiku. Semua hanya menatap tajam pada diriku. Mereka sebagian ada yang menangisiku...dan membelai aku.
"Ibu...yaaa...itu.....ibuku...,Buuu.... Aku.... dimana... ibuuu.... ini aku Ryanti Margareta...bu...." ibuku hanya menatapku dan terus menangis tak berhenti.
Tampak ada dua lelaki, yang satu sudah tua tapi masih gagah, dan yang satu masih muda tapi selengean...yaaa...yaaa itu bapak dan kakaku Mas Din..., Maaaassss.....Bapaaak kenapa kalian hanya diaaam menatapku...semua kejaaam, gak ada yang mau jawab....heeey aku dimanaaaa". aku teriaaak teriaaak, kalian hanya menatapku diam seribu basa.