Mohon tunggu...
rusyana rudi
rusyana rudi Mohon Tunggu... Guru - Guru

sudah lama saya memiliki hoby menulis puisi,cerpen dan curat coret sketsa, namun hanya bisa di konsumsi sendiri, dicetak sendiri dan dinikmati sendiri (hehehe),belum ada yang mau menerima karya sederhana saya. Namun walau demikian, ga ada bosannya saya menulis puisi, terutama sebgaian besar bertema kaum marginalis. Selain itu hoby saya juga membaca sejarah dan mengagumi heritage dibeberapa daerah,walupun hanya lewat foto dan tayangan di beberapa channel youtube hari ini. Profesi saya saat ini sebagai Guru di SLB Negeri Purwakarta. Mengajar yang paling berkesan sejak menjadi guru di tahun 1996 di berbagai satuan pendidikan (SD,,SMP,MA/SMK dan Perguruan Tinggi), hanyalah di SLB, saya belajar sabar dan ikhlas dalam membimbing dan mendidik anak, Guru bukan hanya transfer ilmu tetapi transfer kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jenazahku

9 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:34 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bu...makasih yaa...udah ikut berteduh di sini,"ucapku berbarengan dengan Kang Maman ke ibu pemilik kios rokok "Iyaaa...Neng...kang sama-sama, ati-ati dijalannya yaaa...". Sahut ibu pemilik kios dengan ramahnya.

Kebetulan di dalam angkutan umum sudah ada beberapa yang duduk lebih dulu, Kang Maman kebagian di tempat duduk dekat pintu masuk angkot, dan aku kebagian di kursi 'artis' (karena jok tambahan yang kecil itu menghadap ke semua penumpang, makanya kayak artis deh diliatin seisi angkot..hihihi..).

Hujan turun lagi, bahkan semakin deras saja, sopir angkot mencoba menajamkan pandangannya, karena semakin lama perjalanan semakin gelap saja, selain hujan yang deras juga dibarengi kabut yang sudah mulai turun, karena daerah menuju Lembang memang sudah masuk ke dataran tinggi, maka wajar jika kabut sudah mulai turun, padahal jika kita lihat jam masih terbilang siang, baru juga jam sepuluh pagi. Baru saja aku bergumam dalam hati, kok perasaan ini angkot oleng jalannya, tiba-tiba ...

"Dan.....Braaaaak...sreeeeeet..." "bruuug....braaaaag....weeerrrrrrr......weerrrrr...."Ahhhh......Mamaaaah......................Alllohu Akbaaaar.........Innalillahiiii......", jeritan seisi angkot bersahutan, semua yang keluar beragam kalimat, ada yang panggil ibunya, ada yang panggil Allah ada juga yang ngucapin Innalillahi.

Aku masih memegang tangan Kang Maman waktu angkot terasa oleng jalannya, malahan Kang Maman sempat mengingatkan pak sopir agar pelan aja jalannya, sebab hujan deras dan pandangan kabur karena ada kabut, tapi mungkin gak terdengar oleh pak sopir saking derasnya hujan.

Kecelakaan itu tak ada yang tahu persis awal kejadiannya, yang jelas kalau menurut pengakuan para saksi mata, sopir yang aku tumpangi itu, menghindar kendaraan dari lawan arah yang hendak mendahului angkot di depannya, tapi dia kayaknya kaget sebab angkot yang aku tumpangi juga melaju dengan kencang, akhirnya pak sopir banting stir ke kiri dan nabrak pohon hingga terjungkir sampai dua kali ke lereng perkebunan teh di daerah desa Cikole kecamatan Lembang Kabupaten Bandung.

"Kang....kang Maman....Kang...akang dimanaaaaa..." teriakku mencari kang Maman yang tidak ada di sekitar kejadian. Semua penumpang berceceran terlempar dari angkot, ada yang tertindih ada juga yang sudah tidak bernapas. Aku teriaaak dan nangis sejadi-jadinya..... Tampak warga serta sesama pengendara berhamburan menghampiri kami.

Aku gak bisa berbuat banyak, karena tubuhku pun lemes sekali...dan darah dari pelipis mataku juga terus mengalir...baju krem muda saat itu sama dengan warna kerudungku menjadi merah marun. Kedua kaki dan tanganku gak bisa digerakkan, aku pasrah dan akhirnya aku gak ingat apa-apa lagi.

Kang Maman? Oh...kemana Kang Maman? Aku ini dimana? Kang....Kang Maman......"aku teriak sekencang-kencangnya...tapi orang yang tampak ada di sekelilingku gak merespon aku...semua hanya memandangiku. Semua hanya menatap tajam pada diriku. Mereka sebagian ada yang menangisiku...dan membelai aku.

"Ibu...yaaa...itu.....ibuku...,Buuu.... Aku.... dimana... ibuuu.... ini aku Ryanti Margareta...bu...." ibuku hanya menatapku dan terus menangis tak berhenti.

Tampak ada dua lelaki, yang satu sudah tua tapi masih gagah, dan yang satu masih muda tapi selengean...yaaa...yaaa itu bapak dan kakaku Mas Din..., Maaaassss.....Bapaaak kenapa kalian hanya diaaam menatapku...semua kejaaam, gak ada yang mau jawab....heeey aku dimanaaaa". aku teriaaak teriaaak, kalian hanya menatapku diam seribu basa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun