Mohon tunggu...
rusyana rudi
rusyana rudi Mohon Tunggu... Guru - Menulis Menulis dan Menulis dan pintu Menulis adalah Membaca, maka Bacalah dan Tulislah

sudah lama saya memiliki hoby menulis puisi,cerpen dan curat coret sketsa, namun hanya bisa di konsumsi sendiri, dicetak sendiri dan dinikmati sendiri (hehehe),belum ada yang mau menerima karya sederhana saya. Namun walau demikian, ga ada bosannya saya menulis puisi, terutama sebgaian besar bertema kaum marginalis. Selain itu hoby saya juga membaca sejarah dan mengagumi heritage dibeberapa daerah,walupun hanya lewat foto dan tayangan di beberapa channel youtube hari ini. Profesi saya saat ini sebagai Guru di SLB Negeri Purwakarta. Mengajar yang paling berkesan sejak menjadi guru di tahun 1996 di berbagai satuan pendidikan (SD,,SMP,MA/SMK dan Perguruan Tinggi), hanyalah di SLB, saya belajar sabar dan ikhlas dalam membimbing dan mendidik anak, Guru bukan hanya transfer ilmu tetapi transfer kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jenazahku

9 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jenazahku

Oleh : Rudi Rusyana (Rosianadinata)

 

Satu jam sudah ku menanti dia, namun masih tak kelihatan batang hidungnya. "Huh ...kebiasaan kalo dah ngerjain orang," Aku sewot sendiri sambil sesekali melihat jarum jam yang terus melaju tak berhenti seiring detak nadiku berdenyut.

"Neng ...mau kemana?." Tanya kernet bis angkutan luar kota antar propinsi kepadaku. Ayo mau ke Garut, Tasik...bisa duduk kok neng.." kernet itu meyakinkanku agar aku mau naik bisnya. Aku coba menjawab dengan gelengan kepala saja, aku males ngomong, karena sudah hampir dua jam aku berdiri di depan terminal bis Cicaheum Bandung.

Mendung mulai beringsut di langit Bandung Timur, tiupan angin kencang menerpa wajahku, kata Kang Maman wajahku kuning langsat, kamu ayu neng, begitu awal dia menggodaku diawal pertemuan dan masih katanya aku lebih manis karena punya tahi lalat disebelah kiri hidungku...ah kok jadi sombong gini yak...eh lupa, astagfirullah ....kata pa ustadz gak boleh sombong, sebab itu semua karunia dari Allah SWT. Maafkan hamba-Mu ya Allah aku hanya tahadus bi nikmah (mensyukuri nikmatmu). Tak selang beberapa menit, hujan pun turun membasahi kegersangan serta kekumelan kota Bandung yang tadinya panas dan berdebu, semoga menjadi berkah bagi kota Bandung dan seisi masyarakatnya,aamiin.

"Sreeeeet......", "Byaaaaarrrr.....", aku terhenyak dan gelagapan, tanpa komando serasa ada yang mengguyur sekujur tubuhku, dan ....waduuuuh ternyata...  air itu datangnya dari atas kepalaku...lirik sana, lirik sini...semoga aja gak ada yang liat..., ooww...ternyata semua mata tertuju padaku dan semua merunduk sambil menahan tawa, ku tatap semua mata yang memandangku... dari mulai yang sama-sama sedang berteduh, sampai yang pake motor juga mobil dan huuuh....kesal campur malu...jadi gak karuan, mau marah...marah sama siapa, lawong itu air turun sendiri dari atas terpal kios rokok karena kepenuhan, ya ampuuun...banyaknya maluuu...siiih...iiiih dasar gara-gara kang Maman nih, belum nongol aja."gerutuku kesal.

Wassalam deh...semua baju gamis warna krem muda kesayanganku yang selalu dipadu padankan dengan kerudung merah marun serta tas gandong kulit warna hitam merk Gucci itu, abis deh semua basah, mana isinya tugas-tugas kuliah lagi, bagai orang abis mandi pake shower.

"De...,"sini ada handuk....mari ibu bantu keringin wajahnya, itu juga isi tasnya ayo di keringkan dulu di sini.. ayoo..jangan sungkan"Ajak ibu pemilik kios rokok.

"Iyy...yyaaa..bu makasih banyak, biarin tar juga kering sendiri kok." Jawabku menolak dengan halus.

"Neng...," maaf Akang telat..., abis motor akang mogok, biasa vespa penyakitnya kalo dah hujan gini, suka susah hidup, maklum vespa butut..., maaf ya Neng." ada suara minta maaf dari balik kios rokok tempat aku berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun