Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rusman: Wayang, Pergulatan Setyaki dan Burisrawa (10)

13 Maret 2019   17:06 Diperbarui: 29 Maret 2019   20:04 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aduh ketiwasan Kaka Prabuu..!"

Kaget Setyaki menyaksikan sikap para Kurawa yang rendah, licik dan tidak mengindahkan tatanan perang itu.

Mau tidak mau dia segera berlari masuk ke dalam istana menyusul ratu gustinya. Tapi belum sampai melewati pintu, orang yang ia cari sudah ada di depannya.

"Kau menjerit dan menangis seperti anak kecil. Nafasmu lonjong mimis, apa yang terjadi dinda Setyaki?" Tanya Prabu Kresna. 

Dengan singkat Setyaki melaporkan apa yang ia alami. Terkesiap hati Prabu Kresna mendengar hal itu. Ditambah lagi dengan rasa kecewanya terhadap Prabu Duryudana yang ia rasakan sikapnya sangat sombong dan angkuh kepadanya.

Maka seketika: "Deel !"

Hilanglah wujud Kresna yang kecil mungil. Hawa panas dalam hatinya silih berganti menjadi uap putih biru. Ndedhel ngantariksa. Itulah pertanda Betara Wisnu yang sedang murka.

Tiba-tiba: "Jleeg..!"

Yang ada di pinggir alun-alun Astina sekarang adalah brahala atau raksasa segunung semeru besarnya. 

Cepat trengginas Setyaki yang bertubuh kecil itu disautnya dan dia sembunyikan di ketiak.

"Huaahh, e.ee..ayo sini semua Kurawaaa ! Jangan hanya satu atau dua yang maju. Krubutlah aku, heee..!" Raksasa itu berteriak bagaikan guntur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun