Setyaki yang melihat keadaan tidak menguntungkan itu segera melolos senjata cemetinya.
Tangannya yang kokoh memutar-mutar senjata yang panjang dan lentur itu. Dengan senjata di tangan itulah Setyaki telah siap menghadapi segala kemungkinan.
"Hai anak-anakku!" berkata Sengkuni kepada para Kurawa, "kalian kenapa bengong? maju semua. Keroyok Setyaki, cincang tubuhnya !"
"Dasar licik kau Sengkuni. Orang tua tak tahu malu." Bentak Setyaki.
Tiba-tiba selarik sinar datang dengan cepatnya ke arah Setyaki.Â
Rupanya Kartamarma yang melontarkan senjatanya. Untunglah Setyaki selalu waspada.
"Serbu, serang, tangkap!"
Dursasana yang sedari tadi diam, kini mulai berteriak-teriak pula.Â
"He, Durmagati ayo bawa pedangmu!"Suaranya menggelegar di antara riuhnya sorak sorai para kurawa, "kalian juga Citraksi dan Citraksa. lho .. lho, kok malah bawa cethok dan linggis, ha..ha. Dasar satriya semprul.. !"
Byuur !Â
Kontan para Kurawa yang jumlahnya sekian banyak itu segera datang memberondong ke arah Setyaki.