"Kau harus segera berdampingan dengan seorang istri."
"Oh !" Tak sengaja mataku memandang ayah setengah terbelalak.
"Tidak ayah, aku belum punya calon yang sesuai," jawabku setengah memprotes.
"Aden !" Kata-kata ayah kali ini agak keras. Bahkan rasanya seperti membentakku, "seorang manajer itu pimpinan. Tentu harus ada yang mendampingi saat kau memimpin."
Betul juga, pikirku. Bagaimana nanti dengan para istri karyawanku.
"Aden sudah mengenal Sawitri, kan? Dia adalah gadis yang sangat sesuai untukmu?"
"Ooh..! Sawitri, yang asisten ayah itu!?"
"Betul anakku. Dia gadis terpelajar, cerdas, cantik juga. Mau apa lagi. Semua sudah ayah persiapkan."
Maka di benakkupun lantas terbayang seorang gadis yang tinggi semampai, berkulit kuning langsat dan berambut panjang. Pipinya dekik dengan alis yang tebal pula. Cantik sekali memang.
"Hai, Aden. Kok malah melamun!" Kata ayah bergurau sambil menepuk pundakku.
"Eeh, em ma'af.. ayah!" Jawabku tergagap.