Optimis untuk kelak akan menjadi pemimpin yang gagah dan bijaksana. Pemimpin yang disegani oleh lawan dan dihormati oleh kawan.
Tetapi jawaban Gatotkaca ternyata bukan itu. Anak muda yang gagah ini hanya menjawab dengan lesu, seakan sangat prihatin tentang nasib ibunya.
"Oh Tuhan, mengapa jawaban itu yang Kau pilihkan untuk anakku
Mengapa Gatotkacaku yang sakti ini menjawab hanya ingin menemani aku?"
Mata Arimbi lantas berkaca-kaca. Ia sangat khawatir, jangan-jangan ini merupakan gambaran nyata dari masa depan anaknya yang suram meskipun bergelimang harta. Â Â
"Jangan begitu anakku, ibu tidak mengapa menjadi wanita yang lemah tak berdaya asal kau tidak mengalaminya. Asal kau akan menjadi seorang raja besar yang menjadi harapan semua orang."
Raja yang pintar dan bijaksana yang diharapkan oleh semua rakyatnya, tidak membedakan ini teman itu lawan.Â
Seorang pemimpin yang tidak sekedar pandai bermain sandiwara, membuat pencintraan dan menerima laporan-laporan saja.Â
Melainkan ratu binatara yang sanggup hadir pada rakyat untuk menawarkan solusi tentang permasalahan mereka.
"Jangan hiraukan ibumu yang sudah ikhlas menerima kenyataan ini, ngger."Â
Istri Bima ini lantas mendekati anaknya, memeluk dan menangis sesenggukan.Â