Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akademi Menulis PLN: Mempertajam Lini Kehumasan dalam Ranah Layanan Informasi Publik (2)

1 Mei 2016   11:54 Diperbarui: 1 Mei 2016   11:57 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pemaparan presentasi, pak agus mendapat penilaian dan pertanyaan , baik dari juri dan kompasianer. Mas Nurulloh, sebagai juri memberikan komentar ada kesulitan dalam menulis opini. Seperti juga yang dialami oleh ibu Dini, peserta sebelumnya. Tulisan pak Agus juga belum memenuhi artikel opini yang kuat. Apakah opini pribadi atau opini perusahaan. Memang agak bias.

Menurut pak  Agus selama ini dalam tugasnya dalam kehumasan lebih cenderung ke media mainstream  dari pada media sosial. Setelah mendapatkan pelatihan dan magang, pak agus mulai menyadari pentingnya media sosial dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik.

Pak Agus juga sudah membentuk tim humas kreatif dan mulai menghitung  feedback dari media sosial. Untuk keperluan itu pak Agus akan membuat akun pribadi untuk menampilkan opini yang sedang berkembang di masyarakat.

Harapan pak Agus, layanan di wilayah kerjanya di Bangka Belitung akan lebih baik setelah mendapat ilmu berharga selama magang di Kompasiana.

Setelah pak Agus Yuswanta, kini giliran peserta  M.Arief Fatciudin.  Sebagai peserta terakhir pada check point.  Pak Arief (sapaan untuk M.Arief Fatciudin)  memulai presentasi , apa saja yang ia dapatkan selama 4 hari magang di Kompasiana.

img-5055-jpg-57258a6d917a61b007a7c4b5.jpg
img-5055-jpg-57258a6d917a61b007a7c4b5.jpg
Para Kompasianer menjadi saksi lahirnya Duta PLN dari kawah Candradimuka Akademi Menulis PLN-Kompasiana | Sumber Foto : Rushan

Arief Fatchiudin, Peserta Terakhir di Cek Poin Ruang Iman Bonjol

Pria berlatar belakang teknik  lulusan IPB Bogor yang bertugas di PLN Jaser ini memulai presentasi dengan sebuah artikel opini tentang adanya dualisme sertifikasi (lihat tulisan “Dualisme Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, Haruskan Ada pada Kementrian ESDM ?”)

Tulisan opini pak Arief  membahas adanya tumpang tindih antara dua peraturan yaitu Permen ESDM No.05 Tahun 2014 dan UU No.20 tahun 2014 Pasal 36 ayat 1. Dalam UU disebutkan bahwa yang punya kewenangan memberikan sertifikasi dan akreditasi adalah Komite Akreditasi Nasional (KAN) namun nyatanya sertifikasi dan akreditasi hanya diakui oleh Kemen ESDM selaku kementrian teknik yang memiliki otoritas dalam penerbitan akreditasi dan sertifikasi.

Rupanya , perbedaan inilah yang menjadi titik bahasan opini pak Arief, Bila mengacu pada dua aturan tersebut, setiap intitusi dan personal ketengalistrikan harus membuat dua akreditasi . Baik dari KAN dan juga dari Kemen ESDM. Nah, bukankah hal itu malah akan menambah biaya ? Padahal ranah bidang sertifikasi sama.

Opini yang disampaikan pak Arief cukup beralasan. Sertifikasi memang dibutuhkan sebagi fungsi standarisasi dan pengawasan. Namun bila saling over lap malah menimbulkan kebingungan diantara pelaku usaha dan orang yang terlibat di bidang ketenagalistrikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun