Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akademi Menulis PLN: Mempertajam Lini Kehumasan dalam Ranah Layanan Informasi Publik (2)

1 Mei 2016   11:54 Diperbarui: 1 Mei 2016   11:57 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tulisan reportase berjudul “Kemandirian Ibu Murti, Penjual Nasi di Palmerah” pak Arief memotret kisah seorang pedagang nasi bernama Ibu Murti yang biasa dipanggil Ce’ Mur (Ce’ panggilan kakak dalam bahasa Sunda) .

Tulisan ini murni sebagai reportase dengan lima buah foto. Deskripsi pak Arief memang cukup kuat dalam menggambarkan  situasi lingkungan rumah yang juga dijadikan tempat usaha Ce’Mur. Memang isi tulisan belum memberikan pengaruh kuat kepada pembaca. Hanya pada paragraf terakhir ,Ibu Murti adalah sosok ibu yang tidak bergantung kepada anaknya. Selama masih mampu bekerja dan berpenghasilan, dia tetap melakukan akivitasnya sebagai penjual nasi. Umur tidak menjadi hambatan untuk terus bekerja dan hidup mandiri.

Paragraf terakhir inilah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah kemandirian. Memang sih, belum ‘wow’ . karena banyak ibu Murti yang lain diseantero Jakarta. Malah yang jauh lebih unik dan menarik juga banyak. Tapi usaha pak Arif harus diapresiasi, memotret hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa memang butuh kejelian dalam menuliskannya. Dan ketika hal ini ditanyakan, pak Arief mengakui adanya keterbatasan waktu dalam menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan.

PLN Menjadi Perusahaan Pertama yang Meningkatkan Kemampuan Humas di Era Digital di Kompasiana.

Dalam penyampaian laporan, pak Ridho selaku PIC Akademi Menulis mengakui bahwa PLN adalah perusahaan BUMN pertama yang melakukan terobosan untuk belajar langsung alias magang di sebuah media sebesar Kompas Group.

Awalnya, permintaan PLN ditolak pihak Kompas karena memang ‘tidak lazim’. Dan belum ada metode magang (intrenship) bagi sebuah perusahaan BUMN sebesar PLN di media nasional . Permintaan  ke media besar lain juga tak berhasil.

Bukan orang PLN kalau langsung menyerah, lewat loby loby sambil menyeruput kopi premium akhirnya pihak Kompas mau menerima konsep yang diajukan PLN. Maka, dikompasiana-lah ladang persemaiannya. Di media Blog keroyokan terbesar di Indonesia ini 20 pegawaiPLN digodok menjadi orang yang sadar, memiliki kapasitas dan kemampuan baik teori maupun praktek di era digital.

Bukan sekedar tahu cara menulis hebat (opini,news, feature, reportase, essay) ,atau  menggunakan peralatan fotografi, kamera hingga drone. Para pegawai PLN yang berasal dari beberapa wilayah penugasan ini langsung mendapat pengertian yang jauh lebih luas dan komprehensif tentang mengelola isu , opini dan positioning di media sosial. Hilman Fajrian mengajarkan Key Opinion Leader (KOL) dimedia sosial , Kang Pepih memberikan jurus Tony Buzan, Mind Mapping lalu para pakar fotografi memberikan foto sebagai story telling yang efektif dalam membangun sebuah tulisan atau tayangan video.

Menjelang sore, setelah seluruh peserta merampungkan presentasi dan diuji dengan berbagai pertanyaan mengenai konsep menulis, pengambilan gambar hingga segala hal teknis lainnya. Tibalah pengumuman yang ditunggu tunggu. Baik oleh peserta Akademi Menulis maupun Kompasianer.

Adalah Emmilia Tobing yang terpilih sebagai pemenang peserta Akademi Menulis dan berhak mendapatkan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 2 juta. Sementara untuk live tweet  dimemangkankan oleh Kompasianer Uci Junaidi. Terpilih juga tiga penanya terbaik yang dimenangkan seluruhnya oleh para kompasianer. Keren. Bravo.

Akademi menulis Kompasiana-PLN adalah sebuah wadah candradimuka bagi para duta PLN yang akan mampu membangun sebuah ekosistem pemberitaan yang kredibel, proporsional dan profesional. Menghadapi era digital , dimana berita bergerak begitu cepat dan memiliki pengaruh yang luar biasa. Para duta PLN yang baru selesai cek poin di Kompasiana akan mampu mengelola  media sosial, media online, blog dengan baik, ilmu berharga yang didapat tentu akan memudahkan kerja berat dalam mensosialisasikan program 35.000 MW, meyakinkan masyarakat untuk turut serta membantu mensukseskan target 100 persen elektrifikasi di seluruh Indonesia. Menyadarkan masyarakat untuk memberikan lahan bagi pembangkit listrik dan  jaringannya. Karena sesungguhnya target 35.000 MW adalah tugas mulia agar Indonesia terang benderang. Bukan cuma tugas PLN tapi tugas kita semua. Seluruh rakyat Indonesia.

Setelah ini siapa lagi yang ingin menyusul ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun