Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akademi Menulis PLN: Mempertajam Lini Kehumasan dalam Ranah Layanan Informasi Publik (2)

1 Mei 2016   11:54 Diperbarui: 1 Mei 2016   11:57 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Penjurian di Ruang Imam Bonjol | Sumber Foto : Rushan Novaly

Semakin siang, suasana didalam kelas semakin seru saja . Setiap peserta Akademi Menulis PLN menampilkan presentasinya masing masing. Di dua kelas yang lain, suasananya juga tak jauh berbeda.

Semangat belajar para peserta tetap tinggi. Walau jam makan sudah didepan mata. Perut pun mulai terasa lapar. Nampaknya peserta ketiga , Agus Yuswanta tetap maju menyampaikan materi presentasinya diruang Imam Bonjol.

Agus Yuswanta , Memaksimalkan Peran Media Sosial

Laki laki lulusan Universitas Airlangga Surabaya dan saat ini bertugas di wilayah kerja Bangka Belitung  ini berhasil  menulis 6 artikel dan  1 konten video. Dalam pemaparannya , pak Agus (sapaan Agus Yuswanta) menceritakan satu artikel featurenya yang berjudul : Kisah Pulihkan Listrik Saat Banjir : Dani , Empat Jam di Atas Pohon.

Tulisan ini adalah kisah banjir besar yang terjadi pada 22 Februari  2016, Banjir besar ini melumpuhkan pulau Bangka. Banyak infrastruktur PLN yang terendam dan mengalami kerusakan cukup parah.

Dalam tulisan ini pak Agus menuliskan sosok Dani, seorang pegawai perusahaan mitra PLN yang tetap menjalankan tugasnya walau keadaan banjir besar . Dani bersama timnya memeriksa keamanan jaringan listrik yang terendam . Menginventarisasi , insfrastruktur PLN yang diterjang air bah.

Dalam tulisan ini pak Agus ingin menggambarkan bagaimana seorang Dani tetap bertanggung jawab dalam pekerjaan . Walau digambarkan apa yang dilakukan Dani sebenarnya bisa mengancam keselamatan jiwa.  Dani, akhirnya benar benar diterjang air bah yang ber-arus deras . Dani yang awalnya berdiri diatas mobil selama satu jam akhirnya memanjat sebuah pohon karena air terus naik hingga merendam mobil.

Selama empat jam Dani berada diatas pohon hingga akhirnya ditolong warga . Atas dedikasinya Dani dan timnya mendapatkan perhargaan dari PLN wilayah Bangka Belitung. Apa yang dilakukan Dani menjadi sebuah contoh teladan dari sebuah tanggung jawab kerja.

Pak Agus juga menuliskan sebuah artikel reportase berjudul “Enda, dibalik Bersihnya Pasar Palmerah” . Tulisan ini memang dalam rangka pelatihan praktek dilapangan. Mengambil kisah seorang petugas kebersihan Pasar Palmerah.  Artikel ini dilengkapi foto foto yang mendukung isi  artikel. Penggunaan 5W1H efektif  digunakan di artikel ini.

Artikel ini ditutup dengan baik ,dua buah kesimpulan yang memotivasi menjadi hal yang cerdas dilakukan  pak Agus,  agar artikelnya memiliki nilai positif untuk menggugah para pembaca.

Setelah pemaparan presentasi, pak agus mendapat penilaian dan pertanyaan , baik dari juri dan kompasianer. Mas Nurulloh, sebagai juri memberikan komentar ada kesulitan dalam menulis opini. Seperti juga yang dialami oleh ibu Dini, peserta sebelumnya. Tulisan pak Agus juga belum memenuhi artikel opini yang kuat. Apakah opini pribadi atau opini perusahaan. Memang agak bias.

Menurut pak  Agus selama ini dalam tugasnya dalam kehumasan lebih cenderung ke media mainstream  dari pada media sosial. Setelah mendapatkan pelatihan dan magang, pak agus mulai menyadari pentingnya media sosial dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik.

Pak Agus juga sudah membentuk tim humas kreatif dan mulai menghitung  feedback dari media sosial. Untuk keperluan itu pak Agus akan membuat akun pribadi untuk menampilkan opini yang sedang berkembang di masyarakat.

Harapan pak Agus, layanan di wilayah kerjanya di Bangka Belitung akan lebih baik setelah mendapat ilmu berharga selama magang di Kompasiana.

Setelah pak Agus Yuswanta, kini giliran peserta  M.Arief Fatciudin.  Sebagai peserta terakhir pada check point.  Pak Arief (sapaan untuk M.Arief Fatciudin)  memulai presentasi , apa saja yang ia dapatkan selama 4 hari magang di Kompasiana.

img-5055-jpg-57258a6d917a61b007a7c4b5.jpg
img-5055-jpg-57258a6d917a61b007a7c4b5.jpg
Para Kompasianer menjadi saksi lahirnya Duta PLN dari kawah Candradimuka Akademi Menulis PLN-Kompasiana | Sumber Foto : Rushan

Arief Fatchiudin, Peserta Terakhir di Cek Poin Ruang Iman Bonjol

Pria berlatar belakang teknik  lulusan IPB Bogor yang bertugas di PLN Jaser ini memulai presentasi dengan sebuah artikel opini tentang adanya dualisme sertifikasi (lihat tulisan “Dualisme Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, Haruskan Ada pada Kementrian ESDM ?”)

Tulisan opini pak Arief  membahas adanya tumpang tindih antara dua peraturan yaitu Permen ESDM No.05 Tahun 2014 dan UU No.20 tahun 2014 Pasal 36 ayat 1. Dalam UU disebutkan bahwa yang punya kewenangan memberikan sertifikasi dan akreditasi adalah Komite Akreditasi Nasional (KAN) namun nyatanya sertifikasi dan akreditasi hanya diakui oleh Kemen ESDM selaku kementrian teknik yang memiliki otoritas dalam penerbitan akreditasi dan sertifikasi.

Rupanya , perbedaan inilah yang menjadi titik bahasan opini pak Arief, Bila mengacu pada dua aturan tersebut, setiap intitusi dan personal ketengalistrikan harus membuat dua akreditasi . Baik dari KAN dan juga dari Kemen ESDM. Nah, bukankah hal itu malah akan menambah biaya ? Padahal ranah bidang sertifikasi sama.

Opini yang disampaikan pak Arief cukup beralasan. Sertifikasi memang dibutuhkan sebagi fungsi standarisasi dan pengawasan. Namun bila saling over lap malah menimbulkan kebingungan diantara pelaku usaha dan orang yang terlibat di bidang ketenagalistrikan.

Dalam tulisan reportase berjudul “Kemandirian Ibu Murti, Penjual Nasi di Palmerah” pak Arief memotret kisah seorang pedagang nasi bernama Ibu Murti yang biasa dipanggil Ce’ Mur (Ce’ panggilan kakak dalam bahasa Sunda) .

Tulisan ini murni sebagai reportase dengan lima buah foto. Deskripsi pak Arief memang cukup kuat dalam menggambarkan  situasi lingkungan rumah yang juga dijadikan tempat usaha Ce’Mur. Memang isi tulisan belum memberikan pengaruh kuat kepada pembaca. Hanya pada paragraf terakhir ,Ibu Murti adalah sosok ibu yang tidak bergantung kepada anaknya. Selama masih mampu bekerja dan berpenghasilan, dia tetap melakukan akivitasnya sebagai penjual nasi. Umur tidak menjadi hambatan untuk terus bekerja dan hidup mandiri.

Paragraf terakhir inilah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah kemandirian. Memang sih, belum ‘wow’ . karena banyak ibu Murti yang lain diseantero Jakarta. Malah yang jauh lebih unik dan menarik juga banyak. Tapi usaha pak Arif harus diapresiasi, memotret hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa memang butuh kejelian dalam menuliskannya. Dan ketika hal ini ditanyakan, pak Arief mengakui adanya keterbatasan waktu dalam menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan.

PLN Menjadi Perusahaan Pertama yang Meningkatkan Kemampuan Humas di Era Digital di Kompasiana.

Dalam penyampaian laporan, pak Ridho selaku PIC Akademi Menulis mengakui bahwa PLN adalah perusahaan BUMN pertama yang melakukan terobosan untuk belajar langsung alias magang di sebuah media sebesar Kompas Group.

Awalnya, permintaan PLN ditolak pihak Kompas karena memang ‘tidak lazim’. Dan belum ada metode magang (intrenship) bagi sebuah perusahaan BUMN sebesar PLN di media nasional . Permintaan  ke media besar lain juga tak berhasil.

Bukan orang PLN kalau langsung menyerah, lewat loby loby sambil menyeruput kopi premium akhirnya pihak Kompas mau menerima konsep yang diajukan PLN. Maka, dikompasiana-lah ladang persemaiannya. Di media Blog keroyokan terbesar di Indonesia ini 20 pegawaiPLN digodok menjadi orang yang sadar, memiliki kapasitas dan kemampuan baik teori maupun praktek di era digital.

Bukan sekedar tahu cara menulis hebat (opini,news, feature, reportase, essay) ,atau  menggunakan peralatan fotografi, kamera hingga drone. Para pegawai PLN yang berasal dari beberapa wilayah penugasan ini langsung mendapat pengertian yang jauh lebih luas dan komprehensif tentang mengelola isu , opini dan positioning di media sosial. Hilman Fajrian mengajarkan Key Opinion Leader (KOL) dimedia sosial , Kang Pepih memberikan jurus Tony Buzan, Mind Mapping lalu para pakar fotografi memberikan foto sebagai story telling yang efektif dalam membangun sebuah tulisan atau tayangan video.

Menjelang sore, setelah seluruh peserta merampungkan presentasi dan diuji dengan berbagai pertanyaan mengenai konsep menulis, pengambilan gambar hingga segala hal teknis lainnya. Tibalah pengumuman yang ditunggu tunggu. Baik oleh peserta Akademi Menulis maupun Kompasianer.

Adalah Emmilia Tobing yang terpilih sebagai pemenang peserta Akademi Menulis dan berhak mendapatkan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 2 juta. Sementara untuk live tweet  dimemangkankan oleh Kompasianer Uci Junaidi. Terpilih juga tiga penanya terbaik yang dimenangkan seluruhnya oleh para kompasianer. Keren. Bravo.

Akademi menulis Kompasiana-PLN adalah sebuah wadah candradimuka bagi para duta PLN yang akan mampu membangun sebuah ekosistem pemberitaan yang kredibel, proporsional dan profesional. Menghadapi era digital , dimana berita bergerak begitu cepat dan memiliki pengaruh yang luar biasa. Para duta PLN yang baru selesai cek poin di Kompasiana akan mampu mengelola  media sosial, media online, blog dengan baik, ilmu berharga yang didapat tentu akan memudahkan kerja berat dalam mensosialisasikan program 35.000 MW, meyakinkan masyarakat untuk turut serta membantu mensukseskan target 100 persen elektrifikasi di seluruh Indonesia. Menyadarkan masyarakat untuk memberikan lahan bagi pembangkit listrik dan  jaringannya. Karena sesungguhnya target 35.000 MW adalah tugas mulia agar Indonesia terang benderang. Bukan cuma tugas PLN tapi tugas kita semua. Seluruh rakyat Indonesia.

Setelah ini siapa lagi yang ingin menyusul ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun