”Eh, tunggu! Aku ingat! Dulu aku pernah melihat ayah disholati, terus Ibu mengajakku pergi bersama orang banyak, katanya mau mengantar ayah ke surga.”
”Oh, orang yang disholati akan masuk surga?”
”Iya berarti begitu,” ujar Isan dengan penuh keyakinan.
”Tapi aku tidak bisa sholat.” Egha mulai cemas.
”Aku mau mengajarimu.”
Egha senang sekali mendengarnya. Mereka segera pergi ke rumah Isan. Isan menunjukkan gambar-gambar gerakan sholat berikut bacaannya yang ditempelkan di dinding kamarnya. Melihat itu, Egha cukup takjub dan semakin bersemangat untuk belajar.
Bismillahir rohmanir rohim mengawali kegiatan mereka. Setelah itu, kamar Isan dipenuhi dengan bacaan sholat. Meski masih terputus-putus tapi bacaan sholat itu tetap terdengar merdu. Sekitar dua jam kemudian, Egha mulai putus asa. Ia lelah dan bosan. Lagipula waktu menunjukkan pukul empat sore. Ia pun pamit pulang.
Sejak hari itu, sepulang sekolah Egha selalu mampir ke kamar Isan untuk melanjutkan hafalannya. Sekitar dua minggu kemudian, Egha sudah bisa menghafal sampai bacaan sujud. Akan tetapi, semangat Egha mulai surut karena sudah beberapa hari ini Isan sakit dan tidak dapat membantunya menghafal.
”Itu buat kamu aja deh! Kamu menghafal di rumah sendiri saja ya!”
”Asyik...!” Egha segera mencopot gambar gerakan sholat itu dengan senang hati.
”Besok kalau aku sudah sembuh, kamu ke sini lagi ya!”