Alhamdulillah saya bisa kembali, beraktivitas seperti dulu, kerja dan berkomunitas di wilayah Kota Ambon, namun saya lupa untuk kumpul dengan keluarga, begitu egoisnya saya saat itu, karena jarang pulang ke rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor serta menyalurkan hoby bersama teman-teman.
Seiring berjalannya waktu, Ibu saya jatuh sakit dan sering dibawah ke dokter, saat itu barulah saya meluangkan waktu untuk pulang ke rumah. Suatu ketika Bapak memanggil saya untuk membicarakan kondisi Ibu, banyak yang kami bicarakan, namun yang paling saya ingat saat itu, Bapak berpesan agar saya bisa luangkan waktu untuk pulang kerumah jika tidak ada kerjaan di kantor.
“ Rus, kalau tidak ada kesibukkan di kantor pulang sedikit ke rumah, karena rus bisa jadi hiburan di rumah untuk mama”, begitulah permintaan Bapak, mendengar kata-kata itu, hati ini seperti teriris, entah sudah berapa banyak kesempatan yang terlewati, selama ini hanya memikirkan diri sendiri mengejar karir, melakukan hoby dengan teman-teman, meskipun ada banyak hal yang membuat mereka bangga, namun tanpa disadari selama ini saya telah mengabaikan mereka.
Pesan Bapak untuk selalu pulang kerumah, sebenarnya bukan karena Ibu yang sering sakit, namun saya yakin bahwa Bapak juga merindukkan anak-anaknya untuk selalu berkumpul dirumah. Hingga pertengahan tahun 2015 bapak jatuh sakit, beruntung kakak perempuan saya yang sulung adalah seorang Bidang sehingga orang tua kami dengan mudahnya bisa dirawat.
Saat-saat Terakhir Bersama Bapak
Desember 2015, penyakit bapak mulai kambuh, kali ini benar-benar mengkhuatirkan kami sekeluarga, bahkan saudara-saudara Bapak terpaksa harus menginap dirumah untuk menemani Bapak yang sakit. Pada tanggal 11- 14 Desember 2015 lalu, saya sedang berada di Jakarta untuk mengikuti Kopi Darat terbesar Para Blogger di Indonesia yang di laksanakan oleh Kompasiana.com salah satu media warga, kegiatan bergensi itu dinamai Kompasianival atau Festival Kompasianer, sebenarnya kegiatan itu hanya berlangsung selama dua hari terhitung sejak tanggal 11-12 Desember 2015, namun kami sengaja menambahkan waktunya untuk beberapa keperluan yang harus diselesaikan di Jakarta.
Tepat malam rabu (14 Desember 2015) telpon genggam saya berbunyi, rupanya ada panggilan dari nomor kakak perempuan, setelah saya angkat, pertanyaan pertama yang ditanyakan melalui telpon genggam itu adalah kapan pulan ke ambon?, dan beginilah percakapan kami:
Kakak ; “ Rus kapan pulang?, bapak sekarang sakit keras, dari tadi tanya-tanya rus terus,”
Saya : “besok pagi sudah pulang kok”, bapak Tanya gimana?”, saya kembali melontarkan pertanyaan.
Kakak : “bapak Tanya, kenapa rus belum pulang?, kapan rus pulang?”,
Saya : “iya, tolong bilang bapak, besok jam 8 pagi beta sudah di Ambon, karena pesawat dari Jakarta jam 3 waktu Jakarta, di ambon jam 5 subuh.”.