Jikapun berkesempatan menulis surat untukmu Ibu, Â aksara inilah yang menggambarkan ketulusan hati saat engkau berada di barzah.
Asslamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk Ibu tercinta
Kabar ibu, tentu baik-baik saja.
Ibu,,, penantianmu berujung bahagia, Engkau sudah dipertemukan dengan sang Penguasa alam. Saya tahu Ibu tidak menyesal dengan apa yang pernah saya janjikan karena saat ini bagimu itu tidak penting.
Saat ini yang kau butuhkan adalah doa dan hadiah fatihah dari anak cucumu. Saya yakin engkau telah menikmati penantianmu di barzah dengan senyuman. Saya menjadi saksi bahwa engkau adalah orang baik.
Aku mengenalmu sejak dari buaian, engkau suka menolong dan ringan bersedekah. Saya berharap di setiap doa, surga menantimu. Semoga Allah  membukakan pintu rahmatnya. Amiin
Wasaalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Saat Ibu meninggal, saya tidak mengetahui kronologisnya, namun dari cerita adik Ibu meninggal saat akan melaksanakan salat malam. Waktu itu masih di bulan Muharram, seperti biasa Ibu menjalankan puasa. Walaupun sebenarnya keadaan ibu sudah sepuh dan sakit-sakitan, namun keteguhan hatinya untuk melaksanakan ibadah sunah besar sekali.
Sudah sepuluh hari Ibu menjalankan puasa sunah. Merasa kurang enak badan, tiga hari ini Ibu tidur di rumah adik yang bersebelahan dengan rumah tempat tinggal Ibu. Malam itu setelah makan sahur ala kadarnya beliau membangunkan adik dan istrinya yang juga akan melaksanakan sahur.
Setelah keduanya bangun, segera melaksanakan makan sahur, Ibu yang terlebih dahulu sudah makan sahur akan melaksanakan salat malam tiba-tiba jatuh, terdengar suara botol jatuh di lantai.