Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aksara Untuk Ibu di Barzah

15 Agustus 2024   06:29 Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peziarah saat di pemakaman. Gambar dari detik.com

Jika diucapkan pada istri maka akan menyapa: "Nduk kapan kowe bali?'.

***

Kata-kata itu saat ini sudah tak terdengar lagi. Karena setahun yang lalu ibu wafat meninggalkan kami untuk selamanya.

Rumah yang saya bangun di Pekalongan yang selama ini ditempati Ibu menjadi saksi penantian ibu yang begitu lama, menunggu kapan saya pulang. Namun tugas negara ini belum selesai. Saya harus mengabdikan diri sesuai dengan SK yang sudah saya terima.

Sehari sebelum berpulangnya Ibu, beliau sempat menelpon dan menanyakan, kapan pensiunmu Le",

"Walah Bune, lima tahun itu gelis, gak suwe, wis to tak openi", itu adalah kata-kata terahir yang sempat didengar oleh Ibu.

Manusia hanya bisa berencana, merencanakan saat sudah pensiun akan kembali ke kampung halaman, menemani Ibu saat sudah udzur. Namun Tuhan berkehendak lain. Ibu sudah lebih dulu menghadap Sang Kuasa.

Saat ini Ibu telah berpulang, sebelum rencana itu terpenuhi. Ibu selalu memendam kerinduannya untuk selalu berdekatan dengan anak yang diharapkan bisa menemani sampai ahir hayatmya.

Namun takdir berkehendak lain, sebelum keinginannya terwujut Ibu telah berpulang menghadap sang Khaliq. Allohu yarham.

Namun saya pun sedikit lega walaupun secara raga saya tidak pernah bersama Ibu, namun rumah yang saya bangun selama ini telah ditempati Ibu. Itu artinya saya telah membersamai Ibu hingga di ahir hayatnya.

Jika pun saya harus menulis surat untukmu Ibu maka saya akan menyampaikan bahwa sebenarnya kita telah bersama, hati telah tertaut. Penantianmu  tidaklah sia-sia, karena tuhan memberikan kebahagiaan dengan cara yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun